Nurturing The Leader

Reading Time: 3 minutes

Dari pengalaman saya saat bekerja disebuah perusahaan milik negara beberapa tahun lalu, baru saya sadari ternyata memberikan pengalaman yang menjadikan dasar pemahaman dan pemikiran saya tentang menjadi seorang pemimpin. Pada saat itu saya memiliki Direktur yang secara usia dan pengalaman sangat jauh dari saya, namun beliau tidak memberikan jarak dan sering kali berkomunikasi langsung dengan karyawan yang secara struktur jauh dibawahnya. Beliau sering kali memberikan saya tugas-tugas baru yang diluar dari job description saya saat itu, dan setelah beberapa saat kemudian saya baru menyadari ternyata beliau sedang mempersiapkan saya untuk bisa menjadi pemimpin.

Penulis ingin mengambil 2 cerita dari perusahaan-perusahaan besar di dunia dalam menyiapkan pemimpinnya.

 

Ajay Banga dan Mastercard

Pada tahun 2009, Ajay Banga bergabung dengan Mastercard setelah sebelumnya menjadi salah satu executive di Citibank. Ajay pertama kali bergabung adalah sebagai Chief Operating Officer (COO), lalu kemudian di 2010 dia resmi menjadi CEO di Mastercard. Sebelum Ajay resmi bergabung, Mastercard sudah menyiapkan rencana untuk melahirkan CEO baru yang kelak akan melanjutkan posisi dari Ajay, dan mereka menyiapkan kandidat yang berasal dari karyawan Mastercard, bukan merekrut dari luar.

Proses pembinaan karyawan internal untuk dipersiapkan menjadi CEO selanjutnya di Mastercard dilakukan secara terbuka dengan melibatkan dewan dan tim executive, dan setelah melalui 10 tahun proses seleksi yang dilakukan secara natural akhirnya Michael Miebach resmi diangkat sebagai CEO dari Mastercard di 2020.

Yang menarik dari cerita ini adalah walaupun saat pertama merekrut Ajay Banga sebagai CEO Mastercard di 2010, fokus dari perusahaan adalah untuk mengembangkan bisnis dan bertransformasi dalam menghadapi perkembangan teknologi, namun Mastercard sudah mempersiapkan diri menghadapi 10 dan 20 tahun kemudian dalam memastikan bahwa mereka akan memiliki sosok pemimpin yang sesuai untuk terus mengembangkan bisnis mereka. Mastercard memahami bahwa sosok CEO memiliki peranan penting dalam menentukan keberhasilan bisnis mereka, karena itu mereka menggunakan waktu yang cukup panjang untuk mempersiapkan kandidat terbaik sebagai penerus tongkat estafet kepemimpinan di Mastercard.

 

Intuisi dari Steve Jobs

Steve Jobs dan Tim Cook bertemu dan berbincang pada tahun 1998, dalam momen itu Steve Jobs mengajak Tim Cook bergabung dengan Apple. Steve Jobs melihat bahwa Tim Cook bisa melakukan perubahan di Apple, dan walaupun saat itu Tim Cook masih bekerja di Compaq, yang secara nilai perusahaan jauh di atas Apple, Tim Cook membuat keputusan besar dengan menerima ajakan Steve Jobs bergabung dengan Apple.

Salah satu hal yang menjadi fokus Tim Cook saat bergabung dengan Apple adalah membenahi supply chain management yang cukup berantakan saat itu. Tim Cook membuat sistem supply chain baru di Apple yang memastikan bahwa barang tidak berlama-lama di dalam gudang setelah selesai diproduksi, hingga tidak hanya mengurangi biaya tetapi juga meningkatkan kepuasan dari pelanggan Apple, hal ini terbukti dengan meningkatnya jumlah penjualan unit dari Apple.

Kemampuan manajemen dari Tim Cook ini yang Steve Jobs tahu tidak dia miliki, Steve Jobs terkenal dengan visi dan ide-idenya yang brilian dalam menciptakan sebuah produk, namun manajemen bukanlah keahlian utamanya. Dengan alasan itu, sebenarnya Steve Jobs sudah mulai membina Tim Cook sejak lama, Steve Jobs melihat bahwa kelak Tim Cook adalah orang yang tepat untuk menggantikannya sebagai CEO dari Apple. Steve Jobs sering kali mengajak Tim Cook berdiskusi dan menceritakan ide-idenya, bahkan dalam sebuah wawancara Tim Cook bercerita, bahwa setiap Steve Jobs akan pulang dari kantor Apple, dia selalu mampir ke ruangan Tim Cook dan mereka berbincang-bincang tentang banyak hal.

Tim Cook resmi menjadi CEO dari Apple pada 24 Agustus 2011, 6 minggu sebelum Steve Jobs meninggal. Dan berdasarkan data per Juni 2021, jumlah total penjualan Apple meningkat drastis dibandingkan 10 tahun lalu, yaitu dari $348 Milyar menjadi $2,5 Triliun, ini merupakan jumlah yang sangat fantastis dan sekaligus membuktikan bahwa intuisi dari Steve Jobs untuk merekrut dan membina Tim Cook menjadi CEO selanjutnya dari Apple berhasil.

 

Lessons Learned

Sebagai penutup, penulis ajak kita semua agar memandang pekerjaan bukan sekedar job description, namun sarana untuk belajar hal-hal baru karena siapa tahu kita sedang digembleng oleh pemimpin kita sekarang untuk menjadi kandidat penerusnya.

 

Referensi:

  1. Harvard Business Review (HBR) Magazine, March-April 2021
  2. Tim Bajarin. 2021. “How Steve Jobs Helped Guarantee Tim Cook’s Success at Apple”. https://www.forbes.com/sites/timbajarin/2021/09/02/how-steve-jobs-helped-guarantee-tim-cooks-success-at-apple/?sh=4b602ca26b88. Diakses pada 22 Februari 2022
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Didik Wicaksono
Didik Wicaksono
Agile Enthusiast, Experienced in Business Development
Facebook Comment

Terbaru

Rekomendasi