Prinsip pertama dalam pendekatan Agile adalah menambahkan nilai bagi pelanggan. Prinsip ini sering dihubungkan dengan kepuasan pelanggan. Namun, cara yang lebih tepat untuk memahaminya adalah melalui nilai nyata yang ditambahkan kepada pelanggan. Ketika nilai berhasil ditambahkan, pelanggan akan merasa puas. Sebaliknya, jika nilai tidak diberikan, atau lebih buruk lagi, jika nilai yang ada berkurang, maka kepuasan pelanggan tidak akan tercapai.
Prinsip Agile menetapkan prioritas utama pada pemenuhan kebutuhan pelanggan melalui pengiriman perangkat lunak yang bernilai secara awal dan berkelanjutan. Dalam penerapannya, perangkat lunak yang berfungsi dikirimkan ke produksi dalam bagian-bagian kecil yang mudah dikelola. Hal ini memungkinkan pelanggan untuk segera merasakan manfaat dari perangkat lunak tersebut, sekaligus memastikan kualitas yang lebih tinggi dalam setiap tahap pengembangannya.
Dampak Pendekatan Agile dan Fragile terhadap Nilai yang Diterima Pelanggan
Sebagai perbandingan, pendekatan Fragile sering kali lebih berfokus pada proyek daripada pelanggan. Fokus yang salah arah ini cenderung menitikberatkan pada pemenuhan tenggat waktu dan pengiriman perangkat lunak ke produksi secepat mungkin, meskipun perangkat lunak tersebut mungkin memiliki cacat. Dalam kasus seperti ini, pelanggan dipaksa untuk menghadapi perangkat lunak yang bermasalah, dengan janji bahwa perbaikan akan dilakukan di rilis mendatang. Sayangnya, hal ini bertentangan dengan prinsip dasar Agile tentang “perangkat lunak yang bernilai.” Perangkat lunak yang cacat tidak dapat dianggap bernilai, meskipun secara fungsional dapat digunakan. Jika perangkat lunak tidak memenuhi harapan pelanggan, nilai yang diterima pelanggan menjadi berkurang.
Fokus utama dalam Agile adalah memastikan bahwa perangkat lunak yang berfungsi dengan baik dapat segera diakses oleh pelanggan. Hal ini dilakukan melalui pengiriman perangkat lunak secara iteratif, misalnya dalam sprint dua minggu. Dengan cara ini, manfaat dapat dirasakan lebih cepat, dan kualitas perangkat lunak tetap terjaga. Dalam Agile, nilai direalisasikan lebih cepat dan secara konsisten ditingkatkan. Sementara itu, pendekatan Fragile sering kali menghasilkan nilai yang terbatas karena pelanggan harus menunggu perangkat lunak yang bermasalah diperbaiki terlebih dahulu sebelum dapat menggunakannya secara optimal.
Mengutamakan Pelanggan: Perbedaan Pendekatan Agile dan Fragile
Perbedaan mendasar antara Agile dan Fragile terletak pada fokusnya. Agile menempatkan pelanggan sebagai prioritas utama, dengan tujuan memberikan nilai yang maksimal melalui perangkat lunak yang berkualitas. Sebaliknya, Fragile lebih berorientasi pada proyek itu sendiri, sehingga sering kali mengorbankan pengalaman pelanggan demi memenuhi tenggat waktu. Fokus yang salah arah ini menciptakan situasi di mana perangkat lunak yang cacat dipaksakan kepada pelanggan, yang pada akhirnya merusak kepercayaan dan kepuasan mereka.
Untuk menciptakan hasil yang optimal, prinsip Agile harus diterapkan dengan cara yang mendalam dan tidak sekadar formalitas. Pendekatan yang dangkal dalam menerapkan prinsip Agile hanya akan menghasilkan hasil yang jauh dari harapan. Sebaliknya, adopsi prinsip Agile yang sepenuh hati dapat memastikan bahwa setiap proyek tidak hanya berhasil memenuhi kebutuhan pelanggan, tetapi juga memberikan pengalaman yang memuaskan dan berkelanjutan.
Dalam mendukung prinsip Agile, sangat penting untuk menjaga kualitas perangkat lunak pada setiap tahap pengembangan. Proses ini harus memastikan bahwa perangkat lunak yang dikirimkan ke produksi telah diuji dan terbukti berfungsi dengan baik. Dengan demikian, pelanggan tidak hanya mendapatkan perangkat lunak yang memenuhi harapan mereka tetapi juga dapat mengandalkannya untuk mendukung kebutuhan mereka secara keseluruhan.
Perbedaan antara Agile dan Fragile memberikan pelajaran penting tentang pentingnya fokus pada pelanggan dan nilai yang diberikan kepada mereka. Dengan menempatkan pelanggan sebagai prioritas utama dan mengintegrasikan prinsip-prinsip Agile secara menyeluruh, tim pengembang dapat menciptakan perangkat lunak yang tidak hanya berfungsi dengan baik tetapi juga memberikan dampak positif yang nyata bagi pelanggan. Prinsip-prinsip ini membentuk fondasi yang kokoh untuk kesuksesan proyek, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Kesimpulan
Prinsip pertama dalam pendekatan Agile menekankan pentingnya menambahkan nilai bagi pelanggan. Hal ini diwujudkan melalui pengiriman perangkat lunak yang berfungsi dalam bagian-bagian kecil yang mudah dikelola, memungkinkan pelanggan untuk segera merasakan manfaatnya. Sebaliknya, pendekatan Fragile cenderung lebih berfokus pada proyek itu sendiri, sering kali mengorbankan kebutuhan pelanggan. Fokus utama Agile adalah memastikan bahwa perangkat lunak yang berkualitas dan berfungsi dengan baik dapat segera diakses oleh pelanggan. Perbedaan mendasar antara Agile dan Fragile ini menyoroti pentingnya menjadikan pelanggan sebagai prioritas utama dan memberikan nilai maksimal dalam setiap tahap pengembangan perangkat lunak.
Referensi
- Admin. (28 Januari 2013). Agile vs Fragile: Add Value to The Customer. Diakses dari https://www.northwaysolutions.com/agile-vs-fragile-add-value-to-the-customer/
- Cunningham, W. (2001). Manifesto for Agile Software Development. Diakses dari https://agilemanifesto.org/