Dalam dunia pengembangan perangkat lunak yang semakin dinamis, banyak tim yang berargumen bahwa pendekatan Agile telah menghilangkan kebutuhan akan tim penguji “independen.” Mereka percaya bahwa pengujian kini bisa dilakukan oleh pengembang sendiri atau oleh pihak bisnis yang mengetahui kebutuhan mereka.
Namun, jika kita mengacu pada prinsip-prinsip dasar dalam pengembangan perangkat lunak, ada lima hukum yang tidak berubah dan tetap relevan dalam kerangka kerja Agile:
- Pengembang buruk dalam pengujian.
- Pihak bisnis tidak memiliki keahlian teknis untuk melakukan pengujian sistem.
- Super Developer tidak ada.
- Aplikasi tidak dapat menguji dirinya sendiri.
- Memiliki penguji tidak menjamin kesuksesan.
Mengapa Pengujian “Independen” Tetap Diperlukan?
-
Pengembang Tidak Efektif dalam Pengujian
Jika pengembang sangat baik dalam pengujian, maka seharusnya tidak ada cacat (defects). perangkat lunak yang ditemukan setelah rilis. Namun, kenyataannya, bug masih ditemukan dalam produksi. Pengembang memiliki keterbatasan waktu dalam siklus sprint Agile yang singkat dan lebih berfokus pada pembangunan fitur baru. Oleh karena itu, mengandalkan pengembang untuk melakukan pengujian secara menyeluruh tidak realistis.
-
Pihak Bisnis Tidak Memiliki Keahlian Teknis dalam Pengujian Sistem
Pihak bisnis dapat membantu dalam pengujian penerimaan pengguna (User Acceptance Testing/UAT), tetapi pengujian sistem membutuhkan keahlian teknis yang tidak mereka miliki. UAT hanya memastikan solusi memenuhi kebutuhan bisnis, sementara pengujian sistem memverifikasi apakah solusi dibangun dengan benar sesuai spesifikasi teknis. Tanpa pengujian yang mendalam, risiko kegagalan dalam produksi meningkat.
-
Super Developer Hanya Mitos
Tidak ada organisasi yang mampu mengumpulkan hanya “super developer” dalam satu tim. Dalam kenyataannya, tim terdiri dari berbagai level keterampilan. Oleh karena itu, mengandalkan satu individu yang unggul dalam desain, coding, dan pengujian sekaligus adalah hal yang tidak realistis. Untuk memastikan kualitas perangkat lunak, diperlukan tim pengujian yang kompeten.
-
Aplikasi Tidak Dapat Menguji Dirinya Sendiri
Banyak tim yang berusaha mengurangi siklus pengujian dalam sprint mereka, tetapi ini justru berdampak negatif terhadap kualitas. Tanpa pengujian yang terencana dengan baik, risiko menemukan bug di tahap produksi menjadi lebih besar. Dalam proyek Agile, jika pengujian hanya dilakukan oleh pengembang, mereka tidak akan memiliki waktu yang cukup. Jika hanya dilakukan oleh pihak bisnis, mereka tidak akan memiliki pemahaman teknis yang memadai.
-
Memiliki Penguji Tidak Menjamin Kesuksesan
Tim pengujian yang tidak efektif dapat menjadi hambatan dalam pengembangan perangkat lunak. Penguji yang hanya berfokus pada menolak hasil pengembangan tanpa memberikan nilai tambah justru menciptakan lingkungan yang tidak mendukung kualitas. Sebaliknya, tim pengujian yang efektif harus memiliki keahlian teknis dan pemahaman bisnis yang baik agar dapat memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan kualitas produk.
Pengujian yang Terintegrasi dalam Agile
Pengujian dalam Agile tidak boleh dianggap sebagai proses terpisah yang hanya terjadi di akhir sprint. Sebaliknya, pengujian harus menjadi bagian yang terintegrasi dalam setiap tahap sprint. Hal ini melibatkan:
- Perencanaan Sprint: Pengujian harus dihitung dalam story points agar tidak diabaikan dalam perencanaan.
- Kolaborasi dengan Pengembang: Penguji harus berpartisipasi dalam sesi desain untuk mengidentifikasi potensi masalah lebih awal.
- Pendekatan Test-Driven Development (TDD): Dalam TDD, pengembang menulis uji sebelum menulis kode, sehingga peran penguji lebih berfokus pada verifikasi daripada eksekusi uji.
- Pengujian Berkelanjutan: Pengujian harus berjalan sepanjang siklus pengembangan, bukan hanya di akhir.
Kesimpulan
Dalam Agile yang sebenarnya, penguji tidak dihilangkan, tetapi justru menjadi bagian penting dalam keberhasilan pengiriman produk. Fragile, atau Agile yang gagal diterapkan dengan baik, cenderung mengabaikan pentingnya pengujian independen. Namun, tanpa pengujian yang efektif, risiko kegagalan dalam produksi meningkat secara signifikan. Oleh karena itu, tim pengujian harus menjadi mitra strategis dalam pengembangan perangkat lunak, bukan sekadar pemeriksa kesalahan, tetapi juga penjaga kualitas yang memastikan produk memenuhi kebutuhan bisnis dan standar teknis yang tinggi.
Referensi
-
Admin. (22 April 2013). Agile vs Fragile: The role of “independent” testing in the Agile framework. Diakses dari https://www.northwaysolutions.com/agile-vs-fragile-the-role-of-independent-testing-in-the-agile-framework/
-
Cunningham, W. (2001). Manifesto for Agile Software Development. Diakses dari https://agilemanifesto.org/