Resourcefulness – Kemampuan Memanfaatkan Sumber Daya Secara Efektif

Reading Time: 4 minutes

Ringkasan

Keterbatasan sumber daya merupakan tantangan utama bagi banyak organisasi—tidak hanya bagi perusahaan kecil dengan modal terbatas, tetapi juga bagi perusahaan besar yang menghadapi persaingan sengit dalam memperoleh dana dan talenta. Di sisi lain, kecerdikan tidak ditentukan oleh banyaknya sumber daya yang dimiliki, melainkan oleh kemampuan untuk secara kreatif memanfaatkan jaringan pengetahuan, keahlian, dan sumber daya yang tersedia secara global—tanpa harus memilikinya secara langsung.

Dengan kecerdikan, kita dapat meraih hasil yang lebih besar dibandingkan jika hanya mengandalkan kemampuan dan aset sendiri—sering kali dengan biaya lebih rendah, kebutuhan modal yang lebih kecil, serta kecepatan dan keahlian yang lebih tinggi.

Pendahuluan

Pada Januari 2025, sebuah startup asal Tiongkok bernama DeepSeek mengejutkan dunia Artificial Intelligence (AI), pasar saham teknologi, dan raksasa seperti NVIDIA—favorit Wall Street—dengan peluncuran model open-source yang lebih ringkas, efisien, dan jauh lebih murah untuk dikembangkan dibandingkan produk-produk dari perusahaan besar di Amerika Serikat. DeepSeek dengan cepat meraih popularitas dan menduduki posisi teratas dalam berbagai aplikasi, hingga momen tersebut dianggap sebagai peringatan serius bagi para pelaku industri AI di negara-negara Barat.

Di tengah euforia atas terobosan DeepSeek, ada risiko bahwa pandangan yang lebih luas dan mendalam tentang dampaknya bagi dunia bisnis dan industri terabaikan. Keberhasilan DeepSeek justru menyoroti pentingnya kecerdikan—bukan hanya sekadar soal teknologi atau sumber daya yang melimpah.

Sumber Daya vs. Kecerdikan

Sumber daya merupakan elemen yang paling sering menjadi rebutan dalam lingkungan internal perusahaan. Inilah sebabnya banyak perusahaan berupaya menarik investor dan memanfaatkan pasar modal. Proses penganggaran sendiri pada dasarnya bertujuan untuk mengelola sumber daya ini. Sumber daya dapat berupa dana, aset fisik, tenaga kerja, maupun kekayaan intelektual—semuanya tercatat sebagai aset dalam neraca keuangan perusahaan.

Di sisi lain, kecerdikan tidak bergantung pada jumlah sumber daya yang dimiliki, melainkan pada kemampuan untuk secara kreatif mengakses dan mengoptimalkan jaringan global yang terdiri dari pengetahuan, keahlian, sumber daya, dan kapabilitas—tanpa harus memilikinya secara langsung.

Kecerdikan memberi kita kemampuan untuk meraih hasil yang jauh lebih besar dibandingkan jika hanya mengandalkan sumber daya dan kapabilitas internal—sering kali dengan biaya lebih rendah, modal minimal, serta kecepatan dan keahlian yang lebih tinggi.

Dalam industri AI, di saat banyak pihak menekankan pentingnya investasi hingga ratusan miliar dolar, DeepSeek justru menjadi pengecualian. Kabarnya, mereka tidak menggunakan chip GPU tercanggih, tidak menghabiskan waktu satu dekade atau miliaran dolar untuk riset dan pengembangan, dan juga tidak mengandalkan infrastruktur hardware paling mutakhir. Mereka membangun model AI canggih hanya dengan sebagian kecil dari biaya dan waktu yang selama ini dianggap sebagai standar industri.

Pendekatan DeepSeek menekankan kreativitas daripada kekuatan kasar (brute-force) yang umumnya digunakan oleh pemain besar di industri ini. Mereka memahami bahwa biaya tinggi bisa dihindari dengan strategi cerdas—menggunakan data sintetis, algoritma inovatif, dan memanfaatkan pengetahuan dari model-model AI yang sudah tersedia, sehingga mereka dapat membangun di atas fondasi yang telah ada daripada memulai dari awal.

Meskipun begitu, sebagian besar perusahaan masih terpaku pada metrik sumber daya sebagai tolok ukur utama untuk mendorong kemajuan. Dan semakin kompetitif atau berkembang pesat suatu sektor—seperti industri AI yang sangat dinamis—semakin tinggi pula tekanan untuk menambah sumber daya. Sayangnya, hanya sedikit yang benar-benar memahami atau menjadikan kecerdikan sebagai prioritas strategis.

Empat Jalur untuk Menguasai Kecerdikan

Selama beberapa dekade terakhir, berbagai studi mengenai Blue Ocean Strategy dan Beyond Disruption telah menyoroti pentingnya peran kecerdikan dalam menciptakan nilai sekaligus memangkas biaya untuk meraih peluang pasar. Melalui kecerdikan, perusahaan mampu menciptakan keberhasilan—sering kali dalam waktu singkat—baik untuk konsumen maupun untuk bisnis itu sendiri, dengan mengandalkan kreativitas serta pemikiran yang tajam dan strategis.

Lalu, bagaimana jika perusahaan tidak hanya terfokus pada akumulasi sumber daya, tetapi juga memberikan perhatian setara terhadap kecerdikan? Seberapa besar nilai tambah yang bisa diciptakan dan seberapa hemat biaya operasional yang bisa dicapai jika perusahaan benar-benar menempatkan kecerdikan sebagai pusat strategi bisnisnya?

Terdapat empat pendekatan utama yang umum digunakan oleh perusahaan blue ocean dalam mengaplikasikan kecerdikan untuk membuka peluang baru—dan kita pun bisa menerapkannya, sebagaimana dijelaskan pada gambar dan uraian berikut.

  1. Manfaatkan Pengetahuan Online untuk Membangun Kapabilitas

Belajar lewat internet kini menjadi sangat mudah dan terjangkau. Beragam sumber pengetahuan tersedia secara gratis—mulai dari teknik penjualan, pemrograman, desain, hingga perpajakan. Sebagai contoh, Not Impossible Labs berhasil mengembangkan teknologi yang memungkinkan penyandang tuli untuk “merasakan” musik, hanya dengan mengandalkan riset online dan ide-ide kreatif.

Manfaatkan sumber pengetahuan gratis dan kecanggihan teknologi AI untuk mengembangkan keterampilan tanpa harus mengeluarkan biaya besar. Langkah awal nya, buat daftar topik yang ingin dipelajari, lalu mulai jelajahi internet atau gunakan bantuan AI. Awali dengan cakupan yang luas agar  dapat menjaring sebanyak mungkin informasi. Seiring waktu dan pemahaman yang berkembang, kita bisa mempersempit fokus pencarian ke bidang-bidang spesifik serta mengidentifikasi para ahli yang dapat menjadi sumber belajar.

  1. Gunakan Sumber Daya Eksternal untuk Keuntungan Anda

Daripada membangun segalanya dari awal, manfaatkan teknologi, keahlian, atau infrastruktur yang sudah tersedia. Contohnya, Square memanfaatkan jack headphone yang sudah ada di ponsel untuk memproses pembayaran kartu kredit, tanpa harus bergantung pada kerja sama atau investasi besar dari Apple maupun Samsung.

Intinya, perhatikan apa saja yang sudah tersedia di sekitar kita dan pikirkan bagaimana hal-hal tersebut bisa dimanfaatkan secara kreatif untuk mendukung solusi yang kita kembangkan.

  1. Ambil Inspirasi dari Industri Lain

Terkadang, solusi paling efektif justru berasal dari luar bidang kita sendiri. Sebagai contoh, Kickstarter mengadaptasi konsep pendanaan kolektif dari praktik tradisional, Sesame Street mengadopsi pendekatan periklanan untuk menyampaikan pendidikan kepada anak-anak, dan industri game mengadopsi sistem kompetisi olahraga dalam menciptakan e-sports.

Jelajahi inspirasi dari berbagai sektor, sejarah, atau situasi serupa untuk menemukan jawaban atas tantangan yang dihadapi. Berpikirlah secara terbuka dan luas agar dapat menemukan ide-ide inovatif serta pendekatan yang lebih cepat dan hemat dalam menyelesaikan masalah atau menyatukan potongan-potongan solusi yang sedang kita bangun.

  1. Manfaatkan Modal Sosial

Manfaatkan kekuatan hubungan sosial, rasa saling percaya, dan komitmen kolektif dalam komunitas. Misalnya, Grameen Bank memanfaatkan solidaritas di antara anggota komunitas desa untuk menjamin pelunasan pinjaman mikro tanpa memerlukan agunan, dan berhasil mencapai tingkat pengembalian yang melebihi 90%.

Dengan membangun serta mengandalkan kepercayaan dan koneksi sosial, perusahaan atau inisiatif dapat menekan biaya sekaligus meningkatkan keandalan dalam operasional maupun kolaborasi.

Kesimpulan

Keterbatasan sumber daya merupakan tantangan besar bagi banyak organisasi—bukan hanya bagi perusahaan rintisan dengan modal minim, tetapi juga bagi korporasi besar yang menghadapi persaingan internal dalam mengalokasikan sumber daya. Di tengah kondisi saat ini yang semakin menekan ketersediaan sumber daya, kemampuan untuk menempuh jalur kecerdikan (resourcefulness) menjadi aset yang sangat bernilai.

Keberhasilan DeepSeek, bahkan di luar konteks AI, menjadi pengingat kuat akan pentingnya kecerdikan sebagai elemen vital dalam perumusan strategi bisnis yang unggul.

Referensi

[1] Kim, W. Chan, and Renee Mauborgne, 2023, Beyond Disruption, Harvard Business Review Press.

[2] Kim, W. Chan, and Renee Mauborgne, 2017, Blue Ocean Shift – Beyond Computing, Hachette Audio, New York.

[3] Kim, W. Chan, and Renee Mauborgne, What DeepSeek Can Teach Us About Resourcefulness, Harvard Business Review, April 3, 2025.

1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Dani Pradana
Dani Pradana
Senior Project Manager, Senior Lecturer. Alumni of Universitas Indonesia and Institut Teknologi Bandung
Facebook Comment

Terbaru

Rekomendasi