Berikut, saya share sedikit cerita sedikit tentang pengalaman interview yang sampai saat ini tidak pernah bisa saya lupakan, cerita bagaimana saya memegang prinsip untuk belajar memupuk rasa percaya ke tim ketika kita datang sebagai project manager baru.
Hari Jumat siang pertengahan tahun 2023, saya sedang menjalani proses interview di salah satu perusahaan teknologi di Jakarta. Ada satu pertanyaan dari user di akhir interview yang kira-kira begini:
“User: How do you build Trust among your project team and can you amplify it to the customer or client?“
“Penulis: I think the way we understand and have a deep understanding of the product/project that in the end we will deliver will help us to cultivate trust.”
“User: Let me add one thing. As a project manager, you can gain trust if you can keep your promise when delivering something. To your team and your client.”
Penulis: (Sejenak merenung sambil mengangguk tanda setuju).
Kemudian Interview pun diakhiri dan saya berjabat tangan dengan user dan izin pamit.
Pertanyaan yang disampaikan oleh user di atas sangat sederhana tapi lumayan berkesan dan membekas bagi penulis.
Memang, saya mengakui untuk Masuk ke dalam tim sebagai orang baru, apalagi dengan tanggung jawab untuk leading suatu tim, bukanlah hal yang mudah. Status kita sebagai orang luar (outsider) bukan individu yang dipromosikan secara organik di dalam tim akan membuat proses transisi bisa berubah menjadi suatu momok yang menakutkan .Walaupun pada akhirnya saya diterima di pekerjaan ini, namun masih ada pekerjaan rumah besar yang harus saya lakukan untuk menjawab pertanyaan user pada sesi interview. “How you can gain trust?”
Bagi saya pribadi 6 bulan masa probation yang diberikan oleh perusahaan menjadi momen yang krusial, dimana kita dapat melakukan penilaian terkait penerimaan dari tim terhadap kita dan effort apa yang bisa kita lakukan untuk membuktikan bahwa kita layak berada di posisi tersebut. Saya berpikir kalo di periode tersebut tidak ada tanda-tanda positif, maka saya bisa ambil decision sesegera mungkin untuk move on dan cari opportunity di tempat baru.
Rasa percaya bisa digapai dengan banyak cara, secara umum yang saya perhatikan ada 3 key points yang bisa diterapkan untuk menjawab pertanyaan di atas:
- Tentang bagaimana modal kompetensi yang kita punyai dan menunjukkan attitude untuk dan willingness untuk mau belajar hal yang baru. Apalagi kalo kita bekerja di sektor teknologi dengan perubahan yang sangat cepat. Ini positif poin yang bisa kita tunjukkan di satu bulan pertama.
- Saya selalu Ingat satu mantra, bahwa tidak ada manusia yang tahu segalanya, jadi kalo pas awal awal masih belum banyak yang paham ya wajar, apalagi tech/solution yang di implement kita kurang begitu menguasai, yang paling penting numbuhin aja dulu rasa percaya diri, apalagi untuk nge lead penting banget kita perlihatkan di depan tim maupun pas ketemu client.
- Perkuat rasa empati utamanya ke tim. Adakalanya memang kita harus ngepush tapi coba kita pake skill active listening kita buat ngedengerin aspirasi mereka. Kalo buat bonding ya bisa jadwalin makan bareng atau doing fun activities sesuai kesepakatan aja. Dan satu yang aku rasain efektif banget adalah tim ga akan lupa momen dimana kita protect / defend dari request client yang kadang nggak masuk akal, client yang susah diajak diskusi. Ini bakal terus diingat sama tim kalo misalnya ngobrol dan ketemu kembali di 10 tahun yang akan datang.
Namun ada satu tips lagi dari literatur yang bisa saya hubungkan dengan quote dari Pak Ignasius Jonan, yang melakukan transformasi sukses di PT. KAI tentang bagaimana membangun rasa percaya yaitu:
Konsistensi antara Kata dan Tindakan: Memastikan bahwa tindakan sesuai dengan kata-kata adalah penting untuk membangun kepercayaan. Kesesuaian ini menunjukkan konsistensi dan integritas dalam kepemimpinan. (Referensi: “Why Should Anyone Be Led by You?” – Robert Goffee and Gareth Jones, Harvard Business Review, September 2000).
Jonan pernah bilang kira kira seperti ini, “Kalau Anda meminta bawahan Anda untuk lembur, maka Anda juga harus bersedia untuk lembur. Jika Anda meminta bawahan Anda untuk tidak mencuri, maka Anda juga harus memastikan bahwa Anda tidak mencuri.” – Ignasius Jonan.
Semoga kita selalu diberikan kesempatan untuk terus konsisten antara kata dan tindakan dalam upaya-upaya baik.