Micromanagement sering kali menjadi jebakan bagi pemimpin yang ingin memastikan semua berjalan sesuai rencana dan semua ada di dalam kontrol. Terdapat Pro dan Kontra dari gaya kepemimpinan micromanage, namun saya tidak akan membahas detail, alih-alih saya akan membahas apa hal yang membuat gaya kepemimpinan ini menjadi tidak efektif dan gaya kepemimpinan apa yang bisa menjadi alternatif dan bisa digunakan seiring dengan meningkatnya jumlah tim yang bergabung, seperti yang dapat dilihat di Grafik 1, semakin banyak tim yang harus di lead oleh pemimpin tersebut maka efektivitas metode micromanagement akan semakin menurun. Jika dipaksakan dengan kondisi tim yang banyak misal 20 orang, akan kontraproduktif. Di satu sisi leader nya kelelahan dalam me-manage kalo tim nya kebanyakan dilain pihak tim yang sudah terbiasa di-micromanage merasa seolah-olah diabaikan.
Grafik 1. Grafik Efektivitas satu lead berbanding dengan jumlah tim yang dipimpin
Menurut hemat saya, gaya kepemimpinan micromanage dapat menghambat inovasi, menurunkan moral tim, dan meningkatkan tingkat stres baik bagi pemimpin maupun anggota tim jika diaplikasikan ke organisasi yang terus bertumbuh. Oleh karena itu, bertransformasi dari micromanagement ke empowerment adalah langkah krusial dalam membangun tim yang lebih mandiri dan produktif.
Kenapa Micromanagement Tidak Efektif?
Micromanagement dapat menciptakan lingkungan kerja yang kurang sehat dengan beberapa dampak negatif berikut:
- Menghambat Kreativitas – tim merasa tidak bebas untuk berpikir, menyampaikan gagasan dan mengambil inisiatif.
- Menurunkan Motivasi – Ketika setiap keputusan harus dikontrol oleh pemimpin, anggota tim merasa kurang dipercaya.
- Meningkatkan Beban Kerja Pemimpin – Pemimpin yang terlalu banyak mengawasi detail kecil tidak bisa fokus pada hal-hal yang sifatnya strategi jangka panjang.
- Tingkat Turnover yang Tinggi – Karyawan yang tidak diberikan kebebasan dalam bekerja cenderung mencari lingkungan kerja yang lebih fleksibel.
Langkah-Langkah Bertransformasi ke Gaya Kepemimpinan Empowerment
- Percayai Tim
Memberikan kepercayaan adalah langkah pertama. Mulailah dengan memberikan tanggung jawab lebih kepada anggota tim dan biarkan mereka mengambil keputusan dalam batas yang wajar.
- Komunikasi yang Jelas
Alih-alih mengawasi setiap langkah, dan penetapan update progress secara sporadis, tetapkan ekspektasi dan tujuan yang jelas. Pastikan anggota tim memahami visi dan target yang ingin dicapai.
- Fokus pada Hasil, Bukan Proses
Daripada memeriksa setiap detail, berikan kebebasan bagi tim untuk menemukan cara terbaik dalam menyelesaikan tugas mereka. Evaluasi berdasarkan hasil, bukan metode yang digunakan.
- Beri Dukungan, Bukan Kontrol Berlebihan
Pemimpin yang memberdayakan timnya berperan sebagai fasilitator. Tawarkan dukungan, mentoring, dan sumber daya yang dibutuhkan agar tim dapat berkembang. Kemampuan coaching dari seorang pemimpin diperlukan untuk mengetahui aspirasi dari anggota tim tersebut dan dapat meningkatkan motivasi tim untuk bekerja.
- Dorong Pengambilan Keputusan Mandiri
Ajak anggota tim untuk lebih sering mengambil keputusan sendiri dalam pekerjaannya. Jika mereka menghadapi kendala, bantu mereka dengan memberikan panduan, bukan mengambil alih tugasnya. David Marquet [2], di bukunya yang menceritakan terkait pengalamannya selama di Militer bagaimana dia berusaha merubah paradigma ketika pimpinan mendelegasikan tugas ke tim, menurutnya Pemimpin dengan gaya empowerment tidak hanya memberikan tugas tetapi juga memberikan otoritas dan kepercayaan untuk mengambil keputusan dan setiap anggota tim didorong untuk berpikir sendiri dan bertanggung jawab atas tindakannya.
- Bersiap untuk Gagal dan Belajar
Ketika memberikan lebih banyak kebebasan, ada kemungkinan tim membuat kesalahan. Namun, kesalahan ini adalah peluang belajar. Ciptakan budaya yang melihat kegagalan sebagai bagian dari pertumbuhan, bukan sebagai hukuman. Simon Sinek dalam bukunya menjelaskan tentang konsep “Circle of Safety,” [1] di mana pemimpin melindungi tim mereka dari ancaman eksternal, rasa takut akan kegagalan dalam mencoba dan memastikan setiap anggota merasa dihargai serta memiliki tujuan yang jelas.
Manfaat Gaya Kepemimpinan Empowerment
- Meningkatkan Kinerja dan Produktivitas – Tim yang merasa dipercaya akan bekerja lebih efektif dan termotivasi.
- Meningkatkan Loyalitas Karyawan – Ketika karyawan merasa dihargai, mereka akan lebih betah di perusahaan.
- Membantu Pemimpin Fokus pada Strategi – Dengan mendelegasikan tugas, pemimpin bisa lebih fokus pada visi jangka panjang.
- Menciptakan Budaya Inovasi – Anggota tim lebih berani mengambil inisiatif dan mencari solusi kreatif.
Kesimpulan
Beralih dari micromanagement ke empowerment bukanlah proses instan, tetapi perubahan ini sangat penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan produktif. Dengan membangun kepercayaan, memberikan kebebasan, dan tetap memberikan arahan yang jelas, pemimpin dapat mengembangkan tim yang mandiri, inovatif, dan lebih berkomitmen pada keberhasilan bersama.
Referensi
- Simon Sinek, Leaders Eat Last – Tentang kepemimpinan yang membangun kepercayaan dalam tim.
- L. David Marquet, Turn the Ship Around! – A True Story of Turning Followers into Leaders