Agile vs. Fragile: Kualitas Itu Penting – Seri 10

Reading Time: 2 minutes

Dalam dunia pengembangan perangkat lunak, metodologi Agile telah menjadi pendekatan yang populer dalam meningkatkan fleksibilitas, produktivitas, dan kualitas produk. Namun, sering kali terjadi penyimpangan dalam penerapan prinsip-prinsip Agile, yang mengarah pada praktik yang disebut sebagai Fragile. Meskipun sekilas terlihat serupa, perbedaan mendasar antara Agile dan Fragile terletak pada pemahaman tentang kualitas dan bagaimana tim mendefinisikan kata “selesai” (done). Artikel ini akan mengupas perbedaan utama antara Agile dan Fragile, serta bagaimana kualitas memainkan peran penting dalam keberhasilan proyek perangkat lunak.

Definisi Done-Done dan Maknanya

Salah satu aspek fundamental dalam Agile adalah definisi dari “done-done”. Dalam tim Agile yang sejati, “done” tidak hanya berarti kode telah ditulis, tetapi juga telah diuji, memenuhi standar kualitas, dan siap untuk dikirim ke pengguna. Hal ini memastikan bahwa setiap bagian dari perangkat lunak benar-benar berfungsi sesuai harapan sebelum dirilis.

Sebaliknya, dalam tim Fragile, definisi “done” cenderung lebih kabur. Sering kali, keputusan apakah suatu fitur dianggap selesai ditentukan oleh batas waktu atau tekanan dari kepemimpinan, bukan berdasarkan kualitas atau kesiapan produk. Ketika tenggat waktu habis, kode tetap dikirim, meskipun belum melalui proses pengujian yang memadai. Akibatnya, produk yang dihasilkan rentan terhadap bug dan masalah fungsionalitas yang dapat merugikan pengguna.

Agile vs. Fragile dalam Pengukuran Kemajuan

Dalam prinsip ketujuh Agile, dikatakan bahwa perangkat lunak yang berfungsi (working software) adalah ukuran utama dari kemajuan. Artinya, keberhasilan proyek diukur berdasarkan perangkat lunak yang benar-benar bisa digunakan dan memberikan nilai bagi pelanggan. Tim Agile memahami bahwa kualitas lebih penting daripada sekadar memenuhi jadwal yang ketat. Oleh karena itu, mereka menerapkan pengujian yang ketat dan tidak akan mengirimkan produk sebelum memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan.

Sebaliknya, dalam pendekatan Fragile, kemajuan seringkali diukur berdasarkan penyelesaian sprint tepat waktu, tanpa mempertimbangkan apakah perangkat lunak yang dihasilkan benar-benar berfungsi dengan baik. Prinsip “jadwal lebih penting daripada kualitas” menjadi aturan tak tertulis yang dianut oleh tim Fragile. Akibatnya, mereka cenderung mengadopsi strategi ship and repair, di mana perangkat lunak dikirimkan terlebih dahulu, kemudian diperbaiki setelah ditemukan masalah oleh pengguna. Pendekatan ini dapat merugikan pelanggan dan menciptakan citra buruk terhadap produk dan perusahaan.

Perbedaan Pendekatan terhadap Sprint

Konsep sprint dalam Agile sering kali disalahartikan. Dalam tim Agile yang sebenarnya, sprint digunakan untuk mengelompokkan pekerjaan ke dalam satu atau lebih user stories yang memberikan nilai bagi pelanggan. Jika suatu user story belum siap pada akhir sprint, maka tidak akan dikirimkan. Batasan sprint dianggap sebagai target fleksibel, bukan aturan mutlak. Pendekatan ini memastikan bahwa hanya fitur yang telah memenuhi standar kualitas yang akan dirilis.

Sebaliknya, dalam proyek Fragile, akhir sprint dianggap sebagai batas mutlak. Kode tetap dikirim terlepas dari apakah sudah siap atau belum. Akibatnya, banyak proyek Fragile yang menghasilkan perangkat lunak dengan banyak bug, menyebabkan biaya perbaikan yang lebih tinggi di kemudian hari.

Kesimpulan

Kualitas adalah inti dari pendekatan Agile yang sejati. Definisi “done-done” yang jelas, pengutamaan kualitas dibandingkan jadwal, serta pendekatan fleksibel terhadap sprint adalah beberapa karakteristik utama yang membedakan Agile dari Fragile.

Tim yang benar-benar Agile memahami bahwa perangkat lunak yang berfungsi adalah ukuran utama dari kemajuan. Sebaliknya, tim Fragile lebih mementingkan penyelesaian proyek sesuai jadwal, meskipun harus mengorbankan kualitas. Akibatnya, strategi ship and repair sering digunakan dalam pendekatan Fragile, yang pada akhirnya merugikan pelanggan dan meningkatkan biaya pemeliharaan perangkat lunak.

Untuk memastikan keberhasilan proyek perangkat lunak, organisasi dan tim pengembang harus berkomitmen pada prinsip-prinsip Agile yang sesungguhnya dan menghindari jebakan Fragile. Dengan demikian, mereka dapat menghasilkan produk berkualitas tinggi yang benar-benar memberikan nilai bagi pelanggan.

Referensi

  • Admin. (4 Maret 2013). Agile vs Fragile: Quality Matters. Diakses dari https://www.northwaysolutions.com/agile-vs-fragile-quality-matters/
  • Cunningham, W. (2001). Manifesto for Agile Software Development. Diakses dari https://agilemanifesto.org/
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Suparjo
Suparjo
Data Science Enthusiasm, Founder of KEBUN (Kelas Edukasi Berbagi Untuk Negeri), Independent English Teacher.
Facebook Comment

Terbaru

Rekomendasi