Mengoptimalkan Generative Artificial Intelligence (GenAI) dan Teknologi untuk Pembelajaran dan Pengajaran Bagian 2

Reading Time: 4 minutes
  1. Mempersiapkan dosen dan mahasiswa untuk penggunaan AI yang bertanggung jawab

3.1 Konteks dan urgensi: Mengapa literasi AI penting

Seiring dengan semakin terintegrasinya kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dalam kehidupan sehari-hari—baik di ranah personal, akademik, maupun profesional—mahasiswa perlu memiliki literasi AI yang kuat serta landasan kokoh dalam penalaran etis. Mengintegrasikan konsep-konsep penting seperti kewargaan digital (digital citizenship), etika data, dan akuntabilitas algoritmik ke dalam kurikulum pendidikan memungkinkan peserta didik tidak hanya mampu menggunakan alat AI secara efektif, tetapi juga memahami implikasi sosial dan etisnya secara lebih luas.

Mendorong keterlibatan yang bertanggung jawab terhadap AI memerlukan pembelajaran yang terarah mengenai isu-isu krusial seperti bias algoritma, privasi data, dan penggunaan sumber digital secara etis. Hal ini perlu disertai dengan kesempatan bagi mahasiswa untuk melakukan analisis kritis terhadap dampak otomatisasi terhadap masyarakat. Lembaga pendidikan dituntut untuk berperan aktif dalam mengembangkan kapasitas mahasiswa tidak hanya untuk menggunakan teknologi AI, tetapi juga untuk mengevaluasi, mempertanyakan, dan menyempurnakannya dengan cara yang berkontribusi pada kebaikan publik dan menjunjung tinggi nilai-nilai yang berpusat pada manusia.

3.2 Definisi Literasi AI

Secara umum, literasi AI merujuk pada kemampuan untuk memahami, mengevaluasi, berinteraksi dengan, dan membuat keputusan secara sadar berdasarkan informasi yang berasal dari teknologi AI dalam kehidupan sehari-hari. Literasi ini mencakup:
a. Pemahaman terhadap prinsip dasar yang mendasari sistem AI,
b. Kemampuan mengenali dan menafsirkan penerapan AI dalam berbagai konteks,
c. Kesadaran akan implikasi etis, sosial, dan privasi yang terkait dengan AI, serta
d. Pemahaman kritis terhadap dampak AI terhadap perilaku manusia, emosi, dan kesejahteraan—yang semuanya berkontribusi pada penggunaan AI yang etis dan bertanggung jawab dalam masyarakat.

3.3 Lima komponen utama literasi AI

  • Pemahaman Konsep AI

Meliputi pengetahuan dasar mengenai machine learning, jaringan saraf (neural networks), dan pemrosesan data. Pemahaman ini penting untuk penggunaan AI yang efektif serta untuk mengenali keterbatasan dan kekuatan sistem AI.

  • Kesadaran terhadap aplikasi AI

Pemahaman tentang berbagai aplikasi AI di berbagai sektor—seperti kesehatan, keuangan, pendidikan, dan industri kreatif—membantu mahasiswa menghubungkan konsep teknologi dengan produktivitas dunia nyata, inovasi, dan peluang karier.

  • Pemahaman terhadap dampak emosional AI

Dimensi ini membekali peserta didik untuk berinteraksi dengan teknologi AI dengan cara yang menghormati dan mempertimbangkan aspek emosional manusia. Hal ini menekankan pentingnya empati dan kecerdasan emosional dalam menghadapi interaksi digital yang dimediasi oleh AI.

  • Pengetahuan tentang keamanan dan keselamatan AI

Fokus pada isu-isu penting seperti perlindungan privasi, bias algoritmik, dan keamanan siber. Termasuk pula kompetensi dalam mengelola identitas digital, menjaga data pribadi, dan menerapkan praktik etika dalam penggunaan data di berbagai lingkungan digital.

  • Penggunaan AI secara bertanggung jawab

Merupakan puncak dari literasi AI, yang mencakup penggunaan teknologi AI secara etis, sadar, dan akuntabel. Ini melibatkan kemampuan untuk mengevaluasi teknologi GenAI secara kritis dan menerapkannya secara bijak agar terhindar dari penyalahgunaan, ketergantungan berlebihan, atau dampak yang merugikan.

  1. Etika penggunaan Generative AI (GenAI) dalam pendidikan tinggi

Seiring dengan semakin cepatnya adopsi kecerdasan buatan (AI) dalam dunia pendidikan, institusi pendidikan tinggi dituntut untuk memastikan bahwa integrasi teknologi Generative AI (GenAI) dilakukan secara etis dan bertanggung jawab. Hal ini mencakup pengembangan kebijakan institusional yang spesifik mengenai penggunaan GenAI, yang ditempatkan dalam kerangka tata kelola akademik dan integritas ilmiah yang lebih luas.

Integrasi GenAI bukan sekadar keputusan teknis, melainkan juga merupakan komitmen pedagogis dan etis. Oleh karena itu, kebijakan akademik institusi harus secara eksplisit memuat pedoman tentang penggunaan AI, dan dikaji ulang secara berkala agar sejalan dengan perkembangan kapabilitas dan implikasi teknologi AI. Dosen perlu menetapkan panduan yang jelas mengenai penggunaan GenAI yang diperbolehkan maupun yang dilarang dalam mata kuliah mereka. Sebaliknya, mahasiswa harus didorong untuk bersikap proaktif dalam mencari klarifikasi dan dukungan agar penggunaan AI mereka tetap sesuai dengan standar akademik dan etika yang berlaku.

Mengingat laju perkembangan AI yang sangat cepat, kebijakan institusi harus bersifat dinamis—fleksibel dan responsif terhadap inovasi teknologi, serta selaras dengan kerangka regulasi dan etika yang terus berkembang. Selain itu, institusi dianjurkan untuk memanfaatkan riset internal, keahlian dosen, dan diskursus akademik yang berkelanjutan dalam merumuskan dan mengkontekstualisasikan strategi tata kelola GenAI mereka.

4.1 Empat prinsip etika utama dalam penggunaan GenAI di pendidikan

  • Integritas akademik

Menjamin bahwa penggunaan GenAI tetap menjunjung tinggi nilai-nilai inti pendidikan tinggi—seperti orisinalitas, pemikiran kritis, dan kejujuran ilmiah. Alat AI tidak boleh menggantikan proses pembelajaran mahasiswa atau mengkompromikan keaslian hasil akademik.

  • Keamanan dan perlindungan data

Melindungi data pribadi, identitas digital, dan privasi pengguna dalam lingkungan pembelajaran berbantuan AI. Institusi perlu mengatasi kerentanan yang berkaitan dengan pengumpulan data, penyimpanan, dan pengambilan keputusan berbasis algoritma guna melindungi baik mahasiswa maupun pendidik.

  • Kesetaraan dan akuntabilitas

Mendorong akses yang adil terhadap alat GenAI dan mencegah penguatan ketimpangan pendidikan yang sudah ada. Penggunaan yang bertanggung jawab menuntut transparansi, desain yang inklusif, dan akuntabilitas institusi dalam menjamin pengalaman belajar yang setara bagi semua peserta didik.

  • Dampak lingkungan

Mengakui dan mengurangi jejak ekologis dari penerapan teknologi AI berskala besar. Penggunaan AI yang etis mencakup pertimbangan terhadap konsumsi energi selama pelatihan dan pengoperasian model GenAI, serta mendorong praktik digital yang berkelanjutan dalam pendidikan.

4.2 Tiga temuan utama dari analisis

  • Meningkatkan hasil pembelajaran melalui Generative AI

GenAI secara signifikan meningkatkan hasil pembelajaran dengan memungkinkan instruksi yang dipersonalisasi, pemberian umpan balik secara real-time, dan pengembangan konten yang dinamis dan adaptif. Teknologi ini mendukung penerapan strategi pengajaran yang terdiferensiasi serta meningkatkan aksesibilitas bagi peserta didik dengan kebutuhan dan gaya belajar yang beragam.

  • Menjaga otonomi pedagogis dalam kolaborasi manusia dan AI

Kolaborasi yang efektif antara manusia dan AI dalam pendidikan membutuhkan upaya menjaga otoritas pedagogis para dosen. Alat AI akan paling berdampak jika dirancang untuk memperkuat, bukan menggantikan, pengambilan keputusan instruksional. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pengajaran sekaligus mendorong keterlibatan peserta didik secara lebih mendalam.

  • Mengintegrasikan literasi AI dan etika dalam kurikulum

Terdapat kebutuhan mendesak untuk mengintegrasikan literasi AI dan penalaran etis ke dalam kurikulum pendidikan. Seiring semakin meluasnya penggunaan GenAI, kurangnya pemahaman terhadap implikasi etis, sosial, dan kognitif dari teknologi ini dapat mengarah pada penyalahgunaan, ketergantungan berlebihan, atau penerimaan algoritmik yang tidak kritis. Oleh karena itu, pendidik harus membekali mahasiswa dengan kemampuan untuk menggunakan teknologi ini secara bijak, kritis, dan bertanggung jawab.

… Bersambung ke Bagian 3 …

1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Dani Pradana
Dani Pradana
Senior Project Manager, Senior Lecturer. Alumni of Universitas Indonesia and Institut Teknologi Bandung
Facebook Comment

Terbaru

Rekomendasi