Higher Order Thinking Skills (HOTS – Bloom’s Revised Taxonomy) Bagian 4

Reading Time: 4 minutes

Penerapan Higher Order Thinking Skills (HOTS) dalam dunia pendidikan menuntut adanya strategi pembelajaran yang tidak hanya menekankan pada penguasaan pengetahuan faktual, tetapi juga pada pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi seperti analisis, evaluasi, sintesis, dan penciptaan (creating). Dalam konteks ini, metode FUVI (Finding the Root Cause, Using Reason, Viewing in Context, Innovation by Simplification) hadir sebagai pendekatan strategis yang relevan untuk mendukung tercapainya tujuan pembelajaran berbasis HOTS.

FUVI berperan sebagai kerangka berpikir dan strategi instruksional, sedangkan HOTS merupakan tujuan kognitif yang hendak dicapai. Dengan kata lain, FUVI menyediakan jalur metodologis yang membantu peserta didik mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi secara bertahap, sistematis, dan kontekstual.

Tabel hubungan FUVI dan HOTS

Aspek FUVI Penjelasan FUVI Keterkaitan dengan HOTS
Finding the Root Cause Mengidentifikasi akar masalah secara mendalam sebelum mencari solusi. Sejalan dengan Analisis dalam HOTS : membedah masalah, memilah informasi relevan, dan menemukan inti persoalan.
Using Reason Menggunakan alasan logis dan kritis untuk menilai suatu permasalahan atau argumen. Sejalan dengan Evaluasi dalam HOTS : menilai bukti, membandingkan alternatif, dan menarik kesimpulan rasional.
Viewing in Context Melihat masalah dalam konteks yang lebih luas, lintas bidang, atau perspektif. Sejalan dengan Sintesis dalam HOTS : menghubungkan ide-ide berbeda, membangun keterkaitan, dan menyusun pemahaman baru.
Innovation by Simplification Menghasilkan inovasi dengan cara menyederhanakan hal kompleks menjadi solusi praktis. Sejalan dengan Mencipta (Creating) dalam HOTS : menghasilkan ide, produk, atau solusi baru yang kreatif dan orisinal.

Penjelasan tabel hubungan FUVI dan HOTS

  1. Finding the Root Cause dan Analisis

Tahap pertama dalam FUVI, yakni Finding the Root Cause, menekankan pentingnya mengidentifikasi akar masalah. Proses ini sangat relevan dengan dimensi analisis dalam HOTS, di mana peserta didik dilatih untuk memilah, menguraikan, serta menelaah komponen suatu masalah secara mendalam. Dengan kemampuan analisis, peserta didik tidak hanya memahami gejala permukaan, tetapi juga mampu menyingkap inti persoalan yang sebenarnya.

2. Using Reason dan Evaluasi

Using Reason dalam FUVI menekankan penggunaan nalar logis dan berpikir kritis dalam menilai permasalahan atau argumen. Hal ini memiliki keterkaitan erat dengan dimensi evaluasi dalam HOTS. Peserta didik dituntut untuk membandingkan berbagai alternatif solusi, menguji validitas bukti, serta menyusun penilaian yang rasional. Evaluasi ini melatih mereka untuk bersikap objektif, kritis, dan reflektif terhadap informasi yang diterima.

3. Viewing in Context dan Sintesis


Tahap Viewing in Context menekankan pada pentingnya melihat permasalahan dalam konteks yang lebih luas, termasuk perspektif lintas bidang. Keterampilan ini sejalan dengan dimensi sintesis dalam HOTS, di mana peserta didik didorong untuk menghubungkan ide-ide yang berbeda, mengintegrasikan informasi dari berbagai sumber, serta menciptakan pemahaman baru yang lebih komprehensif. Dengan demikian, peserta didik tidak hanya berpikir secara linear, tetapi juga mampu berpikir sistemik.

4. Innovation by Simplification dan Mencipta (Creating)

Tahap terakhir dalam FUVI adalah Innovation by Simplification, yaitu menghasilkan inovasi dengan menyederhanakan hal-hal yang kompleks menjadi solusi praktis dan aplikatif. Hal ini memiliki kesamaan dengan dimensi mencipta (creating) dalam HOTS, yang menekankan kemampuan menghasilkan ide-ide baru, merancang solusi kreatif, serta menciptakan produk yang orisinal. Pada tahap ini, peserta didik tidak hanya sekadar memahami atau menilai, tetapi juga berkontribusi dengan menciptakan gagasan baru yang inovatif.

Implikasi

Hubungan antara FUVI dan HOTS menunjukkan bahwa FUVI dapat dijadikan sebagai pendekatan pedagogis untuk mendorong pembelajaran berbasis HOTS. Melalui FUVI, dosen dapat membimbing peserta didik dalam mengasah keterampilan berpikir tingkat tinggi secara lebih terstruktur, mulai dari analisis hingga penciptaan. Dengan demikian, integrasi FUVI dalam pembelajaran tidak hanya meningkatkan penguasaan materi akademik, tetapi juga mempersiapkan peserta didik menghadapi tantangan kompleks di era digital dan globalisasi.

Ringkasan tabel FUVI dan HOTS

  • FUVI = Metode berpikir & strategi pembelajaran : berfokus pada proses.
  • HOTS = Kompetensi berpikir tingkat tinggi : berfokus pada hasil atau capaian kemampuan kognitif.
  • Dengan FUVI, peserta didik dibimbing untuk secara sistematis mencapai kemampuan analisis, evaluasi, sintesis, hingga kreativitas, yang merupakan inti dari HOTS.

Kesimpulan :

Berdasarkan pandangan beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa Higher Order Thinking Skills (HOTS) atau keterampilan berpikir tingkat tinggi bukan sekadar kemampuan untuk mengingat dan mengulang informasi, melainkan mencakup kemampuan untuk menelaah informasi secara kritis, berpikir kreatif, berinovasi, serta memecahkan masalah secara efektif.

Revisi terhadap Taksonomi Bloom dilakukan sebagai upaya penyempurnaan untuk menyesuaikan dengan perkembangan lingkungan dan kebutuhan pendidikan. Dalam taksonomi yang telah direvisi, keterampilan berpikir tingkat rendah mencakup kemampuan mengingat, memahami, dan mengaplikasikan, sedangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi meliputi menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Hal ini mencerminkan adanya peningkatan dimensi proses kognitif yang bergerak dari sekadar mengingat hingga mampu menciptakan sesuatu yang baru.

FUVI dan HOTS memiliki hubungan yang erat karena keduanya sama-sama menekankan pemikiran yang mendalam, integratif, dan aplikatif. FUVI dapat dipandang sebagai pendekatan pedagogis yang memfasilitasi pengembangan HOTS, sementara HOTS menjadi kompetensi kognitif yang menjadi target dari penerapan FUVI dalam pembelajaran. Dengan demikian, integrasi FUVI dan HOTS akan menghasilkan peserta didik yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga kreatif, kritis, dan adaptif terhadap perubahan.

Referensi :

[1] Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. (Eds.). (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York: Longman.

[2] Brookhart, S. M. (2010). How to Assess Higher-Order Thinking Skills in Your Classroom. Alexandria, VA: ASCD.

[3] King, F.J., Ludwika Goodson, and Faranak Rohani. (2018). Higher Order Thinking Skills, Potential Plus UK.

[4] Krathwohl, D. R. (2002). “A Revision of Bloom’s Taxonomy: An Overview.” Theory into Practice, 41(4), 212–218. https://doi.org/10.1207/s15430421tip4104_2.

[5] Paul, R., & Elder, L. (2014). Critical Thinking: Tools for Taking Charge of Your Learning and Your Life (3rd ed.). Pearson.

[6] Purnomo, Pajar. (2019). Penilaian Pembelajaran HOTS (Higher Order Thinking Skill), Candradimuka Press SMA Negeri 1 Kroya, Cilacap.

[7] Resnick, L. B. (1987). Education and Learning to Think. Washington, DC: National Academy Press.

[8] Thomas, A., & Thorne, G. (2009). How to Increase Higher Order Thinking. Metairie, LA: Center for Development and Learning.

[9] https://www.ifuvi.com/exploring

1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Dani Pradana
Dani Pradana
Senior Project Manager, Senior Lecturer. Alumni of Universitas Indonesia and Institut Teknologi Bandung
Facebook Comment

Terbaru

Rekomendasi