Digital Body Language – Bagian 1

Reading Time: 3 minutes

Kepercayaan dan koneksi adalah hal yang penting dalam setiap hubungan. Namun, kecemasan dan kesalahpahaman dapat muncul karena kita mengirimkan sinyal yang salah melalui pesan teks, email, dan media sosial, atau salah menafsirkan pesan orang lain. Kita  akan mempelajari komponen-komponen dan 4 hukum bahasa tubuh digital, serta apa yang diperlukan untuk berkomunikasi dengan jelas di tengah perbedaan.

Berkomunikasi efektif di tengah perbedaan

Orang dengan gender, generasi, dan budaya berbeda menafsirkan serta mengekspresikan diri secara berbeda pula. Perbedaan dan bias ini bisa menguat di media digital.

  • Perbedaan gaya komunikasi antara pria vs. wanita, digital native vs. digital adapter, dan budaya konteks tinggi vs. konteks rendah;
  • Tips untuk berkomunikasi lebih efektif melintasi perbedaan tersebut.

Apa Itu bahasa tubuh digital?

Selama ribuan tahun, manusia berinteraksi secara tatap muka dan mengembangkan berbagai isyarat non-verbal serta bahasa tubuh yang kompleks. Sebagai perbandingan, komunikasi digital masih tergolong sangat baru. Belum ada definisi umum tentang bahasa tubuh digital, cara menafsirkannya, atau seperti apa nada, saluran, maupun waktu respons yang tepat dalam komunikasi semacam ini. Singkatnya, kita semua adalah “imigran” dalam hal bahasa tubuh digital.

Potensi kesalahpahaman ini bisa menjadi lebih parah seiring makin banyaknya karyawan yang bekerja secara jarak jauh. Saat ini, sekitar 70% komunikasi tim dilakukan secara virtual, dengan 300 miliar email dikirim setiap harinya. The Journal of Personality and Social Psychology memperkirakan bahwa 50% dari waktu, nada dalam email kita disalahartikan oleh penerimanya.

Digital Body Language adalah cara kita “berbahasa tubuh” di dunia digital—melalui tanda-tanda kecil seperti penggunaan tanda baca, jeda waktu dalam membalas, gaya penulisan, dan bahkan emoji. Semua itu menjadi sinyal penting yang bisa membangun atau merusak kepercayaan.

Elemen-elemen bahasa tubuh digital

Isyarat-isyarat halus dari bahasa tubuh fisik diterjemahkan menjadi ekspresi eksplisit dalam bahasa tubuh digital, melalui petunjuk seperti pilihan media, simbol, tanda baca, dan waktu pengiriman.

Singkatnya:

  1. Tingkat prioritas kita tercermin dari pilihan media yang digunakan;
  2. Ekspresi emosional disampaikan melalui penggunaan tanda baca dan simbol, seperti tanda seru, titik, ellipsis (…), emoji, dan huruf kapital (CAPS);
  3. Waktu respons mencerminkan tingkat rasa hormat kita. Respons yang tertunda atau tidak merespons sama sekali (“ghosting“) setara dengan mengabaikan seseorang secara langsung;
  4. Siapa saja yang dimasukkan dalam kolom “to”, “cc”, “bcc”, dan “reply all” mempengaruhi tingkat keterlibatan atau inklusi kita; 
  5. Persona digital (termasuk nama, alamat email, foto profil, dan hasil pencarian) mencerminkan identitas kita.

Untuk mendapatkan contoh spesifik serta tips tentang pilihan media, waktu respons yang tepat, dan penggunaan tanda baca/emoji, kita dapat membaca seperti di bawah ini. Berikut adalah beberapa contoh bagaimana kita dapat menggabungkan elemen-elemen di atas untuk menerjemahkan bahasa tubuh tradisional ke dalam bahasa tubuh digital.

  • Senyuman atau anggukan dalam percakapan langsung dapat diterjemahkan menjadi balasan cepat dengan nada positif, penggunaan emoji senyum 😊, atau kata-kata seperti “Terima kasih” atau “Kabar bagus” dalam pesan digital.
  • Mengabaikan seseorang dalam pertemuan langsung setara dengan membaca pesan tanpa membalas, membiarkan pesan tidak terbaca, atau melakukan ghosting dalam komunikasi digital.
  • Memberikan tepukan di bahu sebagai dukungan dapat diterjemahkan menjadi mengirim pesan dukungan atau pujian melalui teks, email, atau komentar yang tulus.
  • Mengundang seseorang untuk bergabung dalam diskusi kelompok secara langsung setara dengan menambahkan orang tersebut ke dalam thread email, grup chat, atau forum diskusi daring.
  • Menunjukkan minat penuh saat berbicara di dunia nyata bisa diterjemahkan dengan memberikan tanggapan yang penuh perhatian, menggunakan tanda baca yang sesuai, dan menjaga frekuensi respons dalam komunikasi digital.

Tantangan Komunikasi Digital

Di dunia digital, orang lebih rentan merasa terputus karena hilangnya isyarat non-verbal yang krusial. Sulit untuk mengekspresikan kepedulian atau apresiasi lewat media digital dan mengatur waktu respons dengan tepat. Di sisi lain, lebih mudah teralihkan perhatian atau menyembunyikan ketidaknyamanan.

Komunikasi digital juga bisa menimbulkan stres akibat ketidakjelasan atau “perebutan kekuasaan” digital. Berikut empat sumber kecemasan digital yang umum:

  • Singkat (Brevity): Pesan pendek dan samar seperti “Kita perlu bicara” atau “Ini nggak masuk akal” akan membuat kita khawatir maksud pengirim sebenarnya apa.
  • Pasif-agresif (Passive-aggressiveness): Frasa yang tampak netral—misalnya “Seperti yang sudah saya jelaskan” atau “Hanya pengingat ringan”—bisa ditafsirkan sebagai kritik terhadap kurangnya perhatian atau keterlambatan respons.
  • Response lambat (Slow responses): Kalau email / pesan  tak kunjung dibalas, kita mulai bertanya-tanya apakah penerima sudah menerima pesan dan kenapa belum merespons. Bagi sebagian orang, tanpa respons digital selama 1–2 hari terasa seperti diabaikan selama seminggu.
  • Formalitas berlebihan vs. terlalu santai: Terlalu formal bisa terkesan dingin atau kaku, sedangkan terlalu santai bisa terkesan ceroboh atau tidak hormat.

………. Bersambung ke Bagian 2 ………

1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Dani Pradana
Dani Pradana
Senior Project Manager, Senior Lecturer. Alumni of Universitas Indonesia and Institut Teknologi Bandung
Facebook Comment

Terbaru

Rekomendasi