Scrum Artifacts – Bagian 1

Reading Time: 3 minutes

Scrum dan Manajemen Proyek

Scrum adalah kerangka kerja agile yang banyak digunakan untuk mengelola dan menyelesaikan proyek-proyek kompleks. Scrum mendorong kerja sama tim, akuntabilitas, dan kemajuan iteratif menuju tujuan yang jelas. Scrum didasarkan pada prinsip-prinsip transparansi, inspeksi, dan adaptasi, serta memungkinkan tim untuk mengirimkan produk bernilai tinggi dalam siklus pendek yang disebut sprint. Setiap sprint biasanya berlangsung 1 sampai 4 pekan, di mana tim lintas fungsi bekerja sama untuk merencanakan, mengembangkan, dan meninjau tugas-tugas yang diprioritaskan. Peran-peran dalam Scrum, termasuk Product Owner, Scrum Master, dan Tim Pengembang, memastikan tanggung jawab yang jelas dan peningkatan berkelanjutan, menjadikannya pilihan populer untuk pengembangan perangkat lunak dan industri lainnya yang mencari kelincahan dan efisiensi.

Scrum didefinisikan sebagai strategi pengembangan produk yang bersifat fleksibel dan menyeluruh. Tim Pengembang Sistem Informasi dalam Scrum bekerja sebagai satu kesatuan untuk mencapai tujuan bersama, yang menentang asumsi pendekatan tradisional yang bersifat berurutan (sequential) dalam pengembangan produk, dan memungkinkan tim untuk mengorganisir diri sendiri. Komunikasi tatap muka harian antar angota tim  dan disiplin dalam menjalankan proyek juga merupakan tuntutan dalam Scrum.

Prinsip utama Scrum adalah mengakui dan mengakomodasi Requirements Volatility atau pengguna berubah pikiran selama proyek berlangsung, yaitu berubahnya kebutuhan pengguna dan fitur Sistem Informasi selama berlangsungnya proyek pengembangan. Perubahan tersebut sering tidak dapat diprediksi pada awal proses pengembangan seperti dalam metodologi pengembangan Sistem Informasi konvensional. Untuk mengatasi hal tersebut, Scrum mengadopsi pendekatan empiris, yaitu pemahaman bahwa permasalahan yang akan dikembangkan solusinya sering tidak dapat dipahami secara menyeluruh. Jadi fokus Tim Pengembang adalah menyelesaikan pekerjaan secepat mungkin dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan teknologi yang terjadi.  

Metodologi manajemen proyek yang efektif sangat penting untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi tepat waktu. Scrum, sebuah kerangka kerja agile, telah mendapatkan popularitas yang luas karena kesederhanaan dan efisiensinya. Pusat dari Scrum adalah artefak-artefaknya, yang memberikan wawasan penting tentang kemajuan dan arah proyek.

Apa Itu Artefak Scrum (Scrum Artifacts)?

Artefak Scrum menyediakan informasi kritis kepada Tim Scrum dan pemangku kepentingan untuk memastikan transparansi, inspeksi, dan adaptasi sepanjang pengembangan. Artefak utama dalam Scrum meliputi Product Backlog, Sprint Backlog, dan Increment. Artefak-artefak tersebut secara kolektif mendukung kerangka kerja Scrum dengan menyediakan aliran informasi yang jelas dan konsisten, memfasilitasi kerja sama, dan memungkinkan Tim Scrum untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi secara iteratif dan bertahap.

Pentingnya Artefak Scrum dalam Proses Scrum

Artefak Scrum merupakan bagian integral dari proses Scrum, memberikan beberapa manfaat utama yang memastikan keefektifan kerangka kerja dalam manajemen proyek agile. Artefak-artefak ini menawarkan transparansi, memungkinkan semua pemangku kepentingan untuk memiliki pemahaman yang jelas dan bersama tentang keadaan produk saat ini, kemajuan menuju tujuan, dan pekerjaan yang tersisa. Transparansi ini sangat penting untuk mendorong kolaborasi dan pengambilan keputusan yang terinformasi.

  1. Transparansi: Artefak Scrum membuat pekerjaan menjadi terlihat dan dapat diakses oleh semua pihak yang terlibat. Visibilitas ini memastikan bahwa pemangku kepentingan, termasuk Tim Pengembang, Product Owner, dan Scrum master, memahami apa yang sedang dikerjakan, apa yang telah selesai, dan apa yang masih harus dilakukan. Hal ini menghilangkan ambiguitas dan mempromosikan kejelasan yang penting untuk komunikasi dan kolaborasi yang efektif.
  2. Inspeksi dan Adaptasi: Sifat konkret dari artefak Scrum memungkinkan inspeksi dan adaptasi secara teratur. Selama kegiatan seperti Sprint Review dan Daily Scrum, tim dapat memeriksa artefak untuk mengevaluasi kemajuan dan mengidentifikasi masalah atau penyimpangan dari rencana. Inspeksi ini mengarah pada adaptasi yang berdasarkan informasi, memungkinkan tim untuk berubah arah atau menyesuaikan pendekatan mereka untuk mencapai Sprint Goal dan visi produk dengan efektif.
  3. Pemadanan dan Fokus: Artefak Scrum membantu menyelaraskan tim dan pemangku kepentingan pada prioritas dan tujuan. Product Backlog, misalnya, diprioritaskan berdasarkan nilai dan kebutuhan bisnis, memastikan bahwa tim selalu bekerja pada tugas-tugas yang paling penting. Sprint Backlog memberikan rencana yang terfokus untuk Sprint saat ini, membantu tim berkonsentrasi untuk mencapai Sprint Goal tanpa gangguan.
  4. Pertanggungjawaban dan Kepemilikan: Definisi dan struktur yang jelas dari artefak Scrum mempromosikan pertanggungjawaban. Product Owner bertanggung jawab atas Product Backlog, memastikan bahwa itu mencerminkan kebutuhan dan prioritas bisnis saat ini. Tim Pengembang memiliki kepemilikan atas Sprint Backlog dan bertanggung jawab untuk menghasilkan Increment. Kepemilikan ini menumbuhkan rasa tanggung jawab dan komitmen untuk menghasilkan pekerjaan berkualitas tinggi.
  5. Peningkatan Berkelanjutan: Artefak Scrum mendukung peningkatan berkelanjutan dengan menyediakan dasar untuk refleksi dan pembelajaran. Misalnya, Retrospective Sprint menggunakan hasil dan pengamatan sprint, termasuk keadaan Sprint Backlog dan Increment, untuk mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan. Loop feedback dan adaptasi yang berkelanjutan ini mendorong pertumbuhan tim dan meningkatkan kinerjanya dari waktu ke waktu.

… Bersambung ke Bagian 2 …

1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Dani Pradana
Dani Pradana
Senior Project Manager, Senior Lecturer. Alumni of Universitas Indonesia and Institut Teknologi Bandung
Facebook Comment

Terbaru

Rekomendasi