Saat ini terjadi dinamika yang sedang ramai diperbincangkan di berbagai media, baik media cetak, media online hingga media sosial terkait dengan kontestasi Pemilihan Calon Presiden hingga pemilihan Anggota Dewan. Dari dinamika yang terjadi kita dihadapkan pada pilihan nomor berapakah yang akan kita pilih pada Pemilu tahun 2024 ini? Apakah akan memilih nomor 01, atau 02 atau 03 atau bahkan tidak memilih sama sekali dalam proses demokrasi yang akan kita laksanakan bersama di seluruh Indonesia dan juga Warga Negara Indonesia di luar negeri.
Dinamika politik sudah banyak terjadi, tidak hanya di kondisi pemerintahan Indonesia saat ini namun sudah merambah ke berbagai bidang dan elemen yang ada di masyarakat. Sebut saja politik di tingkat RT/RW, Kelurahan, Kecamatan, hingga tingkat Provinsi dan Kementerian serta Lembaga Pemerintah. Dari situ kita perlu memahami bagaimana kita perlu menempatkan dan menyesuaikan diri, demi keberlangsungan kita berada di tengah-tengah mayoritas maupun minoritas yang berbeda pilihan.
Dalam hal ini Penulis ingin memberikan gambaran umum dinamika politik yang terjadi dalam pekerjaan. Loh emang di pekerjaan ada dinamika politik juga? Ya tentu ada dong, nah kalian pernah mengalami juga atau tidak? Hal hal terkait dinamika politik di dalam pekerjaan dapat dilihat dari beberapa ciri berdasarkan pengalaman yang penulis rasakan selama kurang lebih 10 tahun bekerja di berbagai industri. Adapun beberapa ciri-ciri yang bisa diketahui adalah sebagai berikut:
- Atasan atau Bos Titipan
Sebagai salah satu contoh yaitu atasan atau bos titipan dari orang berpengaruh di kantor atau bahkan salah satu pendiri perusahaan. Biasanya jika kita bertemu dengan tipe seperti ini, kita bisa memperhatikan gaya “Leadership” nya, apakah beliau benar-benar kompeten atau hanya bisa sebatas diplomasi ke C Level. Dan tentunya, jika benar benar kompeten maka kita bisa mengikut atau memberikan apresiasi atas profesionalitas yang ditunjukkan. Yang susah adalah, jika atasan atau bos hanya bisa diplomasi hal ini tentu akan membuat kita sebagai bawahan menjadi sasaran empuk menjadi “kambing hitam”.
Kenapa? Karena beliau akan “playing victim” disaat pekerjaan bagus dia yang akan mengambil kredit, sedangkan pada saat pekerjaan tidak bagus dia akan melempar hasil pekerjaan kepada kita selaku bawahan mereka. Hal ini tentunya dapat kita mitigasi resikonya dengan selalu berkomunikasi melalui media resmi di kantor yang digunakan, dan kita buatkan dokumentasi proses yang kita lakukan sebagai evidence hasil pekerjaan kita sudah menyesuaikan standar / SOP yang berlaku di perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab kita.
- Rekan Kerja Titipan
Hal kedua yang pernah penulis rasakan adalah kita memiliki rekan kerja yang baru masuk ke kantor kita, namun dari segi workload pekerjaan sangat sedikit. Bisa jadi pegawai tersebut merupakan sanak saudara atau keluarga dari pemilik perusahaan atau C Level. Sehingga dari beban kerja dengan rekan kerja yang lain tidak sama, namun dari sisi hak yang didapatkan tentu akan berbeda antara keluarga dengan orang lain yang bekerja.
Hal ini tentu pernah dirasakan oleh beberapa Pembaca, kemudian bagaimana kita bisa menyesuaikan diri atau bertahan ditengah politik kantor yang sedemikian mengganggu? Kunci yang pernah penulis terapkan adalah bekerja sesuai dengan Instruksi Kerja atau Standard Operational Procedure (SOP) yang ada di perusahaan, kemudian buat dokumentasi hasil pekerjaan yang sudah kita lakukan sebaik mungkin sebagai bentuk profesionalitas kita dalam bekerja dan jika suatu saat dibutuhkan kita memiliki suatu pedoman.
- Rekan Kerja Egois
Nah poin terakhir ini yang mungkin sulit untuk kita prediksi, kenapa? Karena kita tidak bisa memperhatikan setiap gerak gerik rekan kerja kita yang ada di dalam 1 kantor. Hal ini lebih kepada kita perlu menjalin komunikasi dan Kerjasama kepada setiap rekan di dalam sebuah kantor. Biasanya di dalam kantor, ada grup di dalam grup atau ada grup yang sesuai dengan bidang hobi tertentu. Sehingga jika kita tidak bergabung ke grup manapun bisa saja kita menjadi sasaran empuk dalam hal kesalahan suatu pekerjaan.
Disamping itu, gossip gossip biasanya akan sangat cepat beredar di kalangan internal pegawai sebuah perusahaan jika terjadi sesuatu hal yang aneh/langka/tabu. Hal ini perlu dilakukan mitigasi risiko secara personal, hal yang bisa kita lakukan adalah menjalin komunikasi secara terbuka kepada setiap orang di dalam perusahaan. Kemudian bentuk sebuah lingkungan yang kondusif dan saling support antara tim, sehingga masing-masing pegawai merasa memiliki dan juga bertanggung jawab atas apa yang menjadi tugas pokok dan fungsi dari pekerjaan yang diberikan.
Lesson Learned
Sebagai pegawai di sebuah kantor atau perusahaan tentu kita ingin agar suasana kerja kondusif dan berjalan sesuai dengan harapan kita. Namun ada beberapa proses atau kondisi dimana kita akan terjerumus baik secara langsung maupun tidak langsung ke dalam dinamika politik dalam pekerjaan. Hal ini merupakan hal yang lumrah terjadi di Indonesia, poin utama yang penulis ingin sampaikan adalah hindari hal hal terkait politik di kantor lakukan tugas pokok dan fungsi pekerjaan kita sesuai dengan SOP yang berlaku. Kemudian pastikan kita memiliki dokumentasi terhadap hasil pekerjaan yang kita lakukan sebagai bentuk preventif dalam memitigasi risiko-resiko yang akan terjadi jika kita terbawa arus politik kantor. Terus semangat dalam bekerja dan memberikan yang terbaik untuk dimanapun kita bekerja, tunjukan bahwa kita profesional dalam bekerja. Jika ada rekan-rekan Agilenesia yang memiliki pendapat berbeda, silahkan disampaikan penulis tunggu di kolom komentar ya!!! Terima kasih.
Referensi