Agile, Scrum dan Pemborosan

Reading Time: 4 minutes

Agile dapat diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai tangkas. Agile sebenarnya memiliki arti cepat dan terkoordinir dengan baik, serta memiliki sifat dapat beradaptasi dengan cepat. Terkait dengan pengembangan sistem informasi, Agile memiliki karakteristik yang sangat berorientasi pada kecepatan penyelesaian sistem informasi maupun perangkat lunak sebagai suatu produk. Avison dan Fitzgerald (2006) mengartikan karakteristik metode Agile sebagai iterasi, siklus hidup pendek, minimalisme, mengantisipasi munculnya hal baru, penerimaan risiko, orientasi pada manusia, kolaborasi dan komunikasi.

Setelah mengenal  tentang Agile, selanjutnya perlu mengetahui tentang Scrum – yang merupakan salah satu metode yang ada dalam Agile. Scrum merupakan salah satu kerangka kerja untuk mengembangkan  perangkat lunak dengan menggunakan pendekatan Agile. Sama seperti metode Agile lainnya, Scrum juga menitikberatkan kerja sama antar anggota tim sebagai poin penting dalam kerangka kerjanya. Hubungan antara Agile dan Scrum seperti sebuah sifat dan sebuah tindakan, dimana Agile merupakan aturan-aturan yang bertujuan untuk menyelesaikan suatu masalah secara adaptive dan diimplementasikan pada Scrum yang berisi kegiatan-kegiatan yang menerapkan sifat Agile.

Lebih lanjut, Scrum didefinisikan sebagai strategi pengembangan produk yang bersifat fleksibel dan menyeluruh. Tim Pengembang sistem informasi dalam Scrum bekerja sebagai satu kesatuan untuk mencapai tujuan bersama, yang menentang asumsi pendekatan tradisional yang bersifat berurutan (sequential) dalam pengembangan produk, dan memungkinkan tim untuk mengorganisir diri sendiri. Komunikasi tatap muka harian antar anggota tim  dan disiplin dalam menjalankan proyek juga merupakan tuntutan dalam Scrum.

Jika Scrum diumpamakan sebagai tubuh, jantungnya adalah ritme, yang sangat penting untuk manusia. Ritme terwujud dalam detak jantung yang memompa darah  dan tertanam di kedalaman otak manusia. Sebagai makhluk yang menyukai keteraturan, manusia senantiasa berusaha menjalani hidup sesuai dengan pola tertentu.

Namun demikian, pola hidup yang dijalani belum tentu memberikan kepuasan batin atau kebahagiaan. Pola hidup negatif dapat kita temui di mana saja. Ritme negatif yang menyiksa ini membuat orang-orang merasa frustasi karena menemui jalan buntu, putus asa karena terperangkap dalam sistem yang tidak menunjukkan kepedulian.

Scrum juga bertujuan untuk menciptakan pola, tetapi bukan yang negatif. Scrum mengakomodasi fitrah manusia sebagai makhluk yang diatur oleh kebiasaan, menggemari ritme yang teratur, dan mudah ditebak, tetapi sekaligus mendongkrak kapasitas internal manusia untuk menjadi luar biasa.

Scrum banyak terinspirasi dari praktek industri manufaktur di Jepang yang dibakukan pada sebuah buku Toyota Production System karya Taiichi Ohno. Taiichi Ohno mengidentifikasi tiga jenis pemborosan dalam bekerja dan mengatakan bahwa pemborosan lebih merugikan masyarakat daripada usaha itu sendiri. Ohno membahas tiga jenis pemborosan, yang dalam Bahasa Jepang disebut Muri (pemborosan karena kerja yang berlebihan), Mura (pemborosan karena inkonsistensi), dan Muda (pemborosan karena hasil kerja yang mubazir).

Idealnya ketiga hal tersebut sejalan dengan siklus PDCA (Plan Do Check Action) dari Deming. Plan berarti menghindari Muri. Do berarti menghindari Mura. Check berarti menghindari Muda. Action berarti mengerahkan tekad, motivasi, dan keuletan untuk mengerjakan hal tersebut. Oleh karena itu, perlu dihindari beberapa hal pemborosan seperti inventaris yang berlebihan, kesalahan yang tidak cepat diperbaiki, usaha atau kerja keras yang terlalu berlebihan, sampai pemborosan emosional karena mematok target yang tidak masuk akal.

Di dunia yang secara teoritis sempurna, tak akan ada proses, rapat, formulir, atau laporan. Yang ada penciptaan produk persis seperti yang diinginkan konsumen, bahkan mungkin konsumen belum mengetahui bahwa dia menginginkannya. Namun, kita hidup di dunia yang tidak sempurna dimana proses yang buruk telah mendarah daging dalam pemikiran. Oleh karenanya, sebagai alternatif, kita perlu proses paling sederhana yang berdampak paling besar terhadap pekerjaan. Pendekatan yang dirancang ini meminimalkan atau menyingkirkan pemborosan yang terkesan sebagai makanan sehari-hari di dunia kerja.

Scrum memiliki kerangka kerja yang wajib dilaksanakan untuk menciptakan keberlanjutan dan mengurangi gesekan lain. Kerangka kerja Scrum meliputi beberapa proses sebagai berikut :

  1. Membuat Product Backlog/Fitur Produk

Product backlog atau fitur produk sangat diperlukan untuk mengetahui daftar kebutuhan pengguna. Pemilik produk perlu menganalisis daftar fitur dan fungsinya sebagai solusi untuk kebutuhan pengguna.

  1. Memperbaiki Backlog

Setelah daftar backlog produk disuguhkan pada tim, pemilik produk harus memastikan bahwa daftar tersebut sudah sesuai dengan apa yang dibutuhkan customer. Pada proses ini pula dilakukan pembedahan terhadap setiap poin backlog agar menghasilkan daftar backlog yang maksimal dan sesuai.

  1. Rapat Sprint Planning

Setelah menyepakati kebutuhan dan fungsi produk, Scrum team segera membuat sprint planning atau rencana pengerjaan proyek. Istilah sprint merujuk pada pembatasan waktu dalam menyelesaikan setiap backlog. Beberapa hal yang menjadi poin bahasan diantaranya tujuan sprint, kinerja terkini dan sebelumnya, cara menyelesaikan backlog dan estimasi untuk setiap product backlog.

  1. Daily Scrum

Langkah berikutnya ialah daily Scrum atau dapat pula disebut daily meeting untuk memantau progres pengembangan produk. Beberapa poin penting yang perlu dibahas adalah bagaimana proses pengerjaan sebelum dan sesudah hari pertemuan hingga hambatan yang dihadapi selama proses pengerjaan. Menjadwalkan daily scrum selama 15 menit per hari sudah cukup untuk memantau perkembangan proyek.

  1. Melakukan Sprint Review

Proses sprint review diisi dengan kegiatan demo pekerjaan dan product backlog review yang berhasil diselesaikan. Sebagai langkah penentuan apakah hasil kerja tersebut sudah sesuai dengan target yang diharapkan, dikenal istilah Definition of Done yang dilakukan dengan diskusi untuk menyamakan persepsi antar anggota tim.

  1. Sprint Retrospective

Proses ini merupakan evaluasi kerja. Tiga hal yang akan dibahas adalah masalah yang terjadi, hal yang perlu diperbaiki dan cara untuk memperbaikinya.

 

Kesimpulan :

Scrum diharapkan dapat memberikan kerangka untuk menyederhanakan proses kerja sekaligus membuat kita tetap fokus pada pekerjaan. Kuncinya yaitu disiplin, dan langkah pertama untuk memaksimalkan kapabilitas kita adalah dengan cara meniadakan aktivitas yang percuma – yang tidak perlu.

 

Referensi :

[1] https://diginews.id/manajemen-proyek-efisien-dengan-kerangka-kerja-scrum/

[2] Project Management Institute, A Guide to the Project Management Body of Knowledge 7th Edition, Project Management Institute, Inc. Pennsylvania, 2021.

[3] Sarosa, Samiaji, Metodologi Pengembangan Sistem Informasi, Penerbit Indeks, Jakarta, 2017.

[4] Shuterland, Jeff, Scrum : The Art of Doing Twice the Work in Half the Time, Crown Business, 2014.

1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Dani Pradana
Dani Pradana
Senior Project Manager, Senior Lecturer. Alumni of Universitas Indonesia and Institut Teknologi Bandung
Facebook Comment

Terbaru

Rekomendasi