Analisa Struktur Organisasi Perusahaan (Studi Kasus Perusahaan Rintisan)

Reading Time: 3 minutes

Struktur organisasi dalam sebuah perusahaan rintisan perlu diperhatikan dengan matang, mulai dari C-Level hingga level staf perlu dilakukan analisis keterkaitan antara posisi yang satu dengan posisi lainnya. Apakah pada perusahaan rintisan tersebut menerapkan Bottom-Up atau menerapkan Top-Down sebagai dasar pola komunikasi yang dilakukan dalam sebuah perusahaan rintisan. Berdasarkan informasi dan sharing yang penulis ketahui, ada beberapa perusahaan yang menerapkan salah satu pola dan ada juga yang menerapkan kedua pola tersebut untuk memberikan fleksibilitas kepada anggota di organisasi perusahaan untuk menyampaikan ide, gagasan, dan pendapat terkait kemajuan perusahaan.

Salah satu pembahasan yang menarik pada HBR Magazine March-April 2020 adalah bagian Leading Teams: For an Agile Transformation, Choose the Right People, dalam pembahasan tersebut dijelaskan bagaimana menemukan potensi tersembunyi dan pemain kunci dalam sebuah perusahaan. Bagaimana awal mula metode Agile diperkenalkan pada tahun 2001 yang berkembang pesat hingga saat ini di dalam dunia project dan product management. Bagaimana suatu product development dapat dijalankan dengan tepat dan efektif agar tidak terjadi kegagalan di dalam penerapan dan implementasi suatu produk. Dari survey yang dilakukan pada 112 perusahaan terkait penerapan transformasi ke arah Agile, hampir 90% dari mereka mengalami kesulitan dalam proses transformasi tersebut walaupun sudah berjuang dan berhasil pada tahap inisiasi proyek awal.

Gambar 1. Komponen Tech Startup (Sumber: https://www.softkraft.co/what-is-the-ideal-tech-startup-team-structure/)

Berdasarkan pada Gambar 1, komponen sebuah perusahaan Technology Startup (perusahaan rintisan bidang teknologi) harus memiliki 3 komponen utama dalam membangun sebuah produk. Komponen tersebut sangat penting mengingat kesiapan organisasi dalam membuat dan menghasilkan produk yang baik dan berkualitas. Ketiga komponen tersebut juga harus saling terintegrasi dan terkoneksi dengan baik agar product development yang dilakukan sesuai dengan kaidah Agile yang saat ini berkembang. Adapun peran dan fungsi dari masing-masing komponen tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Design, dalam hal ini tim desain memiliki peran sebagai “Eyes of Customeratau dapat berperan sebagai pengguna untuk menentukan user experience terbaik dari sudut pandang pengguna. Kemudian fungsi tim desain membuat, merancang, hingga menerbitkan desain produk dengan berdasarkan pada kebutuhan pengguna (Customer Needs). Kemudian sentuhan-sentuhan dari tim desainer/tim user interface (UI)/ user experience (UX) dalam hal desain ini akan sangat memberikan dampak yang baik dalam hal kepuasan pengguna dalam menggunakan produk yang kita hasilkan.
  2. Engineering, dalam hal ini tim engineer memiliki peran sebagai “Heart of Product” atau dapat berperan sebagai jantung pertahanan dari produk yang dibuat. Bagaimana caranya tim engineer dapat merealisasikan apa yang menjadi kebutuhan tim desain menjadi sebuah solusi yang praktis dan mudah. Dalam hal ini kolaborasi antara tim backend dan frontend sangat dibutuhkan untuk dapat bekerjasama dengan lebih intensif agar kebutuhan dari tim desain dan tim produk dapat diakomodir sesuai dengan harapan dan ekspektasi bersama.
  3. Product, dalam hal ini tim produk memiliki peran sebagai “Brain of Product” atau dapat berperan sebagai inisiator/penggagas dari produk yang dibuat. Bagaimana caranya tim produk mulai dari product owner, hingga product manager dapat memunculkan ide-ide inovatif dalam menghasilkan produk yang berguna dan bermanfaat bagi pengguna. Kemudian bagaimana tim produk dapat menjembatani kebutuhan pengguna, dengan mengemukakan ide kepada tim desain dan tim engineer agar ide tersebut dapat diaplikasikan dengan baik.

Kemudian dari komponen tersebut bagaimana kita bisa mengetahui organizational network analysis (ONA) pada perusahaan rintisan saat ini? ONA dapat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan formal dan non-formal, frekuensi interaksi, jumlah waktu yang digunakan, dan nilai atau biaya yang digunakan pada 3 komponen tersebut. ONA biasanya dilakukan dengan sumber data pasif seperti email, pesan instan, dan program kalender, atau metode aktif seperti survei. Platform berbasis survei seperti agility accelerator lebih efektif dalam menilai kualitas kolaborasi antara 3 komponen tersebut (tim desain, tim engineer dan tim produk). Data dapat diubah menjadi serangkaian analitik visual dan kuantitatif yang memungkinkan para pemimpin perusahaan rintisan dapat memahami pola kolaborasi dan menyelaraskan dengan tujuan strategis perusahaan.

Lesson Learned

Hasil ONA yang paling dikenal adalah Diagram Jaringan yang menunjukkan siapa yang meminta bantuan dan siapa simpul yang menghubungkan orang-orang di dalamnya atau di antara kelompok-kelompok dalam suatu organisasi. ONA juga dapat memungkinkan para pemimpin perusahaan untuk melihat siapa yang kekurangan atau kelebihan beban kerja dengan kolaborasi dalam jaringan yang terjadi. Sebagai penutup, penulis sependapat dengan apa yang disampaikan Rob Cross, Heidi K. Gardner dan Alia Crocker bahwa pada sebuah perusahaan rintisan penting untuk menerapkan ONA untuk mencari dan mendapatkan the right people di dalam Perusahaan untuk mencapai Visi Misi perusahaan.

Referensi

  1. Harvard Business Review March-April 2021 Magazine Edition, Page 60-69
  2. https://www.softkraft.co/what-is-the-ideal-tech-startup-team-structure/
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Miswanto
Miswanto
Agile - Product Enthusiast, Product Manager, Member of Agilenesia. Alumni of Universitas Nusa Mandiri Jakarta
Facebook Comment

Terbaru

Rekomendasi