Design thinking
Suatu hari, seorang sopir truk mencoba lewat di bawah jembatan yang rendah, namun salah menghitung ketinggian dan membuat truk terjepit di bawah jembatan, tidak dapat bergerak. Ketika layanan darurat, pemadam kebakaran, dan teknisi tiba di lokasi untuk mencari solusi atas kemacetan lalu lintas, mereka berdebat — haruskah mereka membongkar truk tersebut? Merobohkan sebagian jembatan?
Ketika seorang pemuda yang lewat melihat keributan itu, dia berkata — mengapa tidak mengeluarkan udara saja dari bannya? Inilah yang kami sebut pemikiran out-of-the-box, atau design thinking.
Design thinking, fokus mencari solusi, menggali dan membangun ide (building ideas). Design thinking dipopulerkan oleh David Kelley (CEO IDEO). Kelley menekankan pada pemahaman desain untuk kesuksesan sebuah inovasi.
Design thinking = Logika + Imajinasi + Intuisi + penalaran sistematika
Dengan inti yang berpusat pada manusia, design thinking adalah pendekatan non-linier dan berbasis solusi yang berupaya memahami orang-orang yang menciptakan sesuatu, menantang asumsi, dan menciptakan solusi yang menghasilkan produk dan layanan yang lebih baik. Pertanyaannya selalu: apa kebutuhan manusia di balik hal ini?
Design thinking berarti menggabungkan perspektif yang layak secara ekonomi dan layak secara teknologi yang menginspirasi empati dan pemahaman bagi pengguna target Anda.
Design thinking memerlukan sifat sebagai berikut :
- Empati – open minded agar dapat melihat perspektif dari luar
- Optimisme – segala hasil tidak akan mengkhianati usaha
- Eksperimental – keberanian untuk gagal dalam proses belajar
- Kolaborasi – kerja sama adalah cara yang paling tepat untuk mengembangkan sebuah produk
Contoh orang sukses yang mengadopsi design thinking yaitu Steve Jobs, mengatakan bahwa “Design is not just what it looks likes and feels like. Design is how it works.”
Design thinking mendorong inovasi. Perusahaan harus berinovasi untuk bertahan dan tetap kompetitif dalam lingkungan yang berubah dengan cepat. Dalam Design thinking, tim lintas fungsi bekerja sama untuk memahami kebutuhan pengguna dan menciptakan solusi yang memenuhi kebutuhan tersebut. Selain itu, proses berpikir desain membantu menemukan solusi kreatif.
Proses design thinking bertujuan untuk memenuhi tiga kriteria: desirability (apa yang diinginkan orang?), feasibility (apakah secara teknis mungkin untuk membangun solusi?) dan viability (dapatkah perusahaan memperoleh keuntungan dari solusi tersebut?). Tim memulai dengan keinginan dan kemudian memasukkan dua lensa lainnya.
- Desirability
Proses design thinking dimulai dengan melihat kebutuhan, impian, dan perilaku masyarakat—pengguna akhir. Tim mendengarkan dengan empati untuk memahami apa yang diinginkan orang, bukan apa yang menurut organisasi mereka inginkan atau butuhkan. Tim kemudian memikirkan solusi untuk memenuhi kebutuhan ini dari sudut pandang pengguna akhir.
- Feasibility
Setelah tim mengidentifikasi satu atau lebih solusi, mereka menentukan apakah organisasi dapat menerapkannya. Secara teori, solusi apa pun dapat dilakukan jika organisasi memiliki sumber daya dan waktu yang tidak terbatas untuk mengembangkan solusi tersebut. Namun, mengingat sumber daya tim saat ini (atau di masa depan), tim akan mengevaluasi apakah solusi tersebut layak untuk dilakukan.
Tim mungkin mengulangi solusi agar lebih layak atau berencana meningkatkan sumber dayanya (misalnya, mempekerjakan lebih banyak orang atau membeli mesin khusus). Di awal proses pemikiran desain, tim tidak boleh terlalu terjebak dalam implementasi teknis. Jika tim memulai dengan kendala teknis, mereka mungkin membatasi inovasi.
- Viability
Produk yang diinginkan dan layak secara teknis tidaklah cukup. Organisasi harus mampu menghasilkan pendapatan dan keuntungan dari solusi tersebut. Kelangsungan hidup sangat penting tidak hanya bagi organisasi komersial tetapi juga bagi organisasi nirlaba.
Secara tradisional, perusahaan memulai dengan feasibility atau viability dan kemudian mencoba menemukan masalah agar sesuai dengan solusinya dan mendorongnya ke pasar. Design thinking membalikkan proses ini dan menganjurkan agar tim memulai dengan keinginan dan kemudian memasukkan dua kriteria lainnya.
Analytical thinking
Setiap perusahaan memerlukan karyawan dengan kemampuan yang baik dalam bekerja. Salah satu yang harus dimiliki karyawan adalah kemampuan dalam menganalisis dan berpikir untuk dapat menentukan strategi dengan baik hingga mengambil keputusan yang tepat. Kemampuan berpikir dan menganalisa ini biasa disebut dengan analytical thinking.
Analytical thinking, analisis ilmiah untuk mengidentifikasi masalah, parameter penyebab masalah, menyaring dan menurunkan ide (breakdown ideas), sebuah aksi memecahkan sesuatu yang kompleks menjadi sebuah informasi yang lebih sederhana dan dapat dengan mudah dipahami.
Analytical thinking = Rational thinking +Intuitive thinking
Mengarah kepada abductive reasoning, penalaran yang mengutamakan simplikasi untuk bisa menjelaskan masalah dengan cara yang paling sederhana (fakta ke aksi). Analytical thinking memanfaatkan fakta yang ada dan informasi yang dimiliki untuk dijadikan sebagai bukti yang digunakan untuk menentukan keputusan.
Analytical thinking merupakan keahlian dalam berpikir untuk memecahkan sebuah masalah dengan menganalisis data hingga melakukan evaluasi dari strategi yang telah dilakukan. Analytical thinking juga mengarah kepada aktivitas pengerucutan masalah yang kompleks menjadi lebih sederhana supaya mudah dipahami.
Karyawan dengan kemampuan analytical thinking dapat mengenali dan memahami permasalahan, dari mulai mencari tahu penyebab timbulnya masalah hingga penemuan solusi untuk memecahkan masalah.
Analytical thinking akan membuat karyawan memiliki pemikiran yang kritis dan logis, mampu menemukan solusi, dan juga bisa menjadi seorang komunikator yang baik. Dengan begitu, kemampuan ini akan membuat seorang karyawan menjadi orang yang dibutuhkan dalam perusahaan karena dengan melihat beberapa hal di bawah ini.
1. Memecahkan masalah dan menemukan ide baru
Untuk bisa berpikir dan menganalisa sebuah hal dengan baik, biasanya akan terlihat dari pola berpikir untuk memecahkan masalah dan menemukan berbagai ide baru untuk menghasilkan sebuah solusi.
2. Menganalisis data
Analytical thinking bisa berguna dalam melakukan analisis sebuah data, dan menjadikan data tersebut sebagai dasar penyusunan rencana dan mengambil sebuah keputusan. Dengan analytical thinking, seseorang mampu memahami data dengan baik.
3. Memperkirakan masa yang akan datang
Memperkirakan masa yang akan datang tentu diperlukan bagi setiap perusahaan untuk membuat strategi yang berbeda dalam menghadapi perubahan. Dengan analytical thinking, perusahaan dapat melakukan analisis dengan mengamati dan memanfaatkan informasi yang ada.
4. Kemampuan dalam meneliti
Contoh lainnya dari analytical thinking adalah kemampuan dalam mencari berbagai informasi dan meneliti informasi tersebut untuk menemukan solusi dari permasalahan yang muncul dalam perusahaan.
5. Kreatif
Penyusunan rencana juga merupakan bagian dari analytical thinking, sebab dalam merencanakan baik gagasan, strategi, maupun solusi sebuah masalah dibutuhkan kreativitas yang tinggi.
6. Kemampuan berkomunikasi yang baik
Analytical thinking juga berarti seseorang dapat berkomunikasi dengan baik dengan anggota tim maupun seluruh pihak yang ada di dalam perusahaan. Seorang analytical thinking tidak hanya mampu dalam menemukan solusi yang tepat, namun bisa juga menyampaikan solusi yang telah diputuskan kepada seluruh anggota tim yang ada. Komunikasi juga harus bisa dilakukan baik secara lisan maupun tulisan, menjadi pendengar yang baik, dan bisa membangun kerjasama tim.
Dalam melihat suatu produk, penting dalam membangun tahapan aktivitas yang akan dialami seseorang dalam berbagai bentuk kegiatan dengan cara 3E.
- Enjoyment. Menyenangkan, yang berfokus pada kenyamanan, penampilan, dan pelayanan.
- Experience. Memberikan pengalaman aktivitas yang tak terlupakan dan diusahakan sesuai dengan spesifikasi nilai produk. Fokusnya pada kegiatan yang memberikan pengalaman yang menstimulasi panca indera dan menjadi pengalaman unik yang tak terlupakan.
- Education. Narasi disampaikan dengan efektif dengan memanfaatkan media tulis, audio, dan visual. Fokusnya pada visi dan misi produk tersampaikan dan perannya dapat dirasakan.
Kesimpulan
Pada akhirnya, bukan berbicara sejauh mana kita mendapatkan tetapi sejauh mana makna produk yang dilahirkan berdampak untuk organisasi, perusahaan, dan lingkungan sekitar, baik dari hasil design thinking maupun analytical thinking.
Referensi
[1] https://cnt.id/design-thinking-vs-analytical-thinking/
[2] https://www.binaracademy.com/blog/pengertian-analytical-thinking
[3] Handy, Cyntia, 2022, Museum sebagai ruang publik, Jakarta.
[4] Mootee, Idris, 2013, Design Thinking for Strategic Innovation, John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey.