Manajemen Kinerja

Reading Time: 3 minutes

Perkembangan dan kemajuan suatu organisasi tidak dapat dipungkiri bahwa faktor kualitas manajemen kinerja memberi pengaruh sebagai driven force (kekuatan pendorong)  yang mampu memberi percepatan ke arah sana. Kinerja adalah hasil yang diperoleh suatu organisasi tersebut yang dihasilkan selama satu periode waktu tertentu, yang merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi ekonomi (Armstrong dan Baron, 1988). Kinerja juga didefinisikan sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan, program, atau kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang  dalam perumusan strategic planning suatu organisasi (Indra Bastian).

Manajemen kinerja adalah suatu ilmu yang memadukan seni di dalamnya untuk menerapkan suatu konsep manajemen yang memiliki tingkat fleksibilitas yang representatif dan aspiratif, guna mewujudkan visi dan misi perusahaan dengan cara mempergunakan orang yang ada di organisasi tersebut secara maksimal. Kinerja organisasi merupakan efektivitas organisasi secara menyeluruh untuk memenuhi kebutuhan yang ditetapkan dari setiap kelompok yang berkenaan dengan usaha-usaha yang sistemik dan meningkatkan kemampuan organisasi secara terus menerus mencapai kebutuhannya secara efektif.

Untuk mewujudkan tujuan perusahaan agar bisa menerapkan konsep manajemen kinerja  yang berkualitas dan profesional, maka perlu dipahami apa yang menjadi tujuan menyeluruh dan spesifik dari manajemen kinerja, yaitu untuk menumbuhkan suatu budaya di mana individu dan kelompok bertanggung jawab atas kelanjutan peningkatan proses bisnis, ketrampilan, dan kontribusi mereka sendiri. Adapun tujuan spesifik diterapkannya manajemen kinerja, menurut Michael Armstrong, antara lain yaitu

  1. Mencapai peningkatan yang dapat diraih dalam kinerja organisasi.
  2. Bertindak sebagai pendorong perubahan dalam mengembangkan suatu budaya yang berorientasi pada kinerja.
  3. Meningkatkan motivasi dan komitmen karyawan, serta memungkinkan individu mengembangkan dan meningkatkan kemampuan mereka.
  4. Mengembangkan hubungan yang konstruktif dan terbuka antara individu dan manajer dalam suatu proses dialog yang dihubungkan dengan pekerjaan yang sedang dilaksanakan sepanjang tahun.
  5. Memberikan suatu kerangka kerja bagi kesepakatan sasaran sebagaimana diekspresikan dalam target dan standar Juga memberikan ukuran yang akurat dan objektif dalam kaitannya dengan target dan standar yang disepakati .
  6. Menyepakati rencana peningkatan dan metode pengimplementasian, serta secara bersama mengkaji pelatihan dan pengembangan untuk dipenuhi.

Ada beberapa solusi yang dapat diterapkan untuk menyelesaikan masalah dalam bidang manajemen kinerja, yaitu :

  1. Menempatkan penilaian kinerja dengan ukuran-ukuran yang bersifat objektif.
  2. Penyediaan fasilitas sarana dan prasarana yang menunjang.
  3. Mengadakan pelatihan dan diskusi secara rutin untuk membahas hal yang menjadi persoalan dalam bidang manajemen kinerja.
  4. Menyediakan referensi, buku, atau jurnal yang lengkap mengenai manajemen kinerja.
  5. Membangun kerjasama yang harmonis dengan berbagai pihak baik pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya dalam usaha mengembangkan konsep manajemen kinerja.

Fungsi manajemen kinerja yaitu mencoba memberikan suatu pencerahan dan jawaban dari berbagai permasalahan yang terjadi di suatu organisasi, sehingga apa yang dialami pada saat ini tidak membawa pengaruh yang negatif bagi aktivitas perusahaan. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh suatu organisasi agar berfungsi dan berperannya manajemen kinerja dengan baik, yaitu :

  1. Pihak manajemen perusahaan harus mengedepankan konsep komunikasi yang bersifat multi komunikasi – tidak menutup diri dengan berbagai informasi yang masuk dan mengkomunikasikan berbagai informasi tersebut dengan melakukan filterisasi informasi.
  2. Perolehan berbagai informasi yang diterima dari proses filterisasi informasi tersebut, dijadikan sebagai bahan kajian pada forum berbagai pertemuan dalam pengembangan manajemen kinerja terhadap pencapaian hasil kerja.
  3. Menerapkan sistem standar prosedur yang bersertifikasi dan diakui oleh lembaga yang kompeten di bidangnya.
  4. Pihak manajemen perusahaan menyediakan anggaran khusus untuk pengembangan manajemen kinerja yang diharapkan . Misalnya, mendirikan lembaga penjamin mutu.
  5. Membuat time schedule kerja yang realistis dan feasible (layak) bertujuan agar tercapainya pekerjaan sesuai dengan yang ditargetkan.
  6. Mengedepankan konsep prudential principle (prinsip kehati-hatian). Prinsip ini penting untuk diterapkan karena suatu kebijakan yang telah dikeluarkan tidak mungkin diubah lagi.

 

Kesimpulan :

Proses manajemen kinerja adalah proses sistematis yang mencakup perencanaan kerja, penilaian dan diskusi kinerja, penilaian kinerja, dan penyesuaian atau tindakan korektif untuk mengembangkan strategi untuk mengatasi kesenjangan kinerja (Ainsworth, 2002).

 

Referensi :

[1] Fahmi, Irham, Manajemen Kinerja – Teori dan Aplikasi, Penerbit Alfabeta, Bandung, 2021.

[2] Fahmi, Irham, Manajemen – Teori, Kasus, dan Solusi, Penerbit Alfabeta, Bandung, 2014.

[3] Project Management Institute, A Guide to the Project Management Body of Knowledge 7th Edition, Project Management Institute, Inc. Pennsylvania, 2021.

 

1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Previous article
Next article
Dani Pradana
Dani Pradana
Senior Project Manager, Senior Lecturer. Alumni of Universitas Indonesia and Institut Teknologi Bandung
Facebook Comment

Terbaru

Rekomendasi