Agile 5 Minutes: 3 Budaya Anti Agile

Reading Time: 3 minutes

oleh Athar Januar feat Miswanto

Pada beberapa waktu yang lalu, penulis menonton YouTube Channel dari Agilenesia TV tentang 3 Budaya Anti Agile. Materi tersebut disampaikan oleh mas Athar Januar yang sudah memiliki pengalaman di berbagai industri terkait project management. Materi kali ini sangat menarik karena memberikan sharing experience narasumber kepada kita semua tentang berbagai alasan kenapa sebuah organisasi / perusahaan gagal menerapkan konsep agile di perusahaan mereka. Dan dari materi yang disampaikan, kita dapat belajar tentang 3 Budaya Anti Agile yang perlu kita hindari jika kita ingin menerapkan metode agile.

Berdasarkan pengalaman yang diberikan oleh mas Athar, kita dapat mengambil beberapa poin yang perlu kita ketahui terkait budaya anti agile. Untuk poin-poin yang dimaksud adalah jika perusahaan tempat kita bekerja ingin menerapkan metode agile maka kita perlu memperbaiki terlebih dahulu pola pikir kita atau mindset. Dimana jika kita ingin melakukan perubahan pola kerja, kita perlu memahami serta merubah pola pikir kita karena semuanya akan butuh proses dan tahapan yang perlu kita lalui bersama.

Terkadang saat kita ingin melakukan proses efisiensi maupun efektifitas pekerjaan, kita dibenturkan oleh pola kerja yang sudah berjalan. Dimana ada istilah senioritas di dalam lingkungan kerja. Pegawai yang sudah lama bekerja akan memerlukan waktu lebih lama dalam penyesuaian pola kerja baru, dibandingkan dengan pegawai yang baru bergabung bekerja disebuah perusahaan. Oleh sebab itu kita bisa hindari beberapa point budaya anti agile sebagai berikut:

  1. Menerapkan pasal 1 dan pasal 2

Mungkin terdengar familiar di telinga kita, dan mungkin kita pernah mengalami masa masa penerapan pasal 1 dan pasal 2 saat orientasi siswa di sekolah, atau di universitas. Hal ini merupakan bagian dari hal-hal yang perlu dihindari, kenapa? Karena bertolak belakang dengan prinsip agile yaitu simplicity is essential. Jika merujuk pasal 1 bahwa senior selalu benar, kemudian pasal 2 jika senior salah maka kembali ke pasal 1 tentunya tidak akan efektif di dalam dunia kerja. Dan kita tidak bisa bekerja secara objektif sehingga akan muncul pola kerja abs (asal bos senang) atau cari muka kepada atasan / senior.

Setiap pegawai memiliki hak dan kewajiban yang sama terhadap perusahaan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing jabatan. Sehingga kita bisa memberikan yang terbaik untuk perusahaan dengan langkah kerja yang berbeda-beda, namun memiliki 1 tujuan yang sama yaitu demi keberlangsungan hidup dan proses bisnis perusahaan dalam menghasilkan revenue atau keuntungan. Oleh sebab itu, penerapan pasal 1 dan pasal 2 sudah tidak relevan karena akan mempersulit dinamika pekerjaan yang terjadi.

  1. Kalau bisa dipersulit, kenapa harus dipermudah

Nah ini juga menjadi salah satu budaya berbahaya kalau dipertahankan, alasannya adalah budaya tersebut bertentangan sekali dengan salah satu prinsip dari agile yaitu simplicity is essential. Jadi kalau kita mau agile maka pendekatan kerja kita haruslah menjadi “kalau bisa dipermudah kenapa dipersulit”. Sebagaimana kita ketahui arti dari agile itu gesit, lincah, tangkas, adaptif. Nah bayangkan kalau suatu perusahaan mengatakan agile atau mencoba agile tapi apa apa dalam proses pekerjaannya, banyak sekali, birokrasi dokumen-dokumen yang bertumbuh itu tidak ada yang baca, tapi harus dibuat demi kelengkapan administrasi saja, apakah perusahaan seperti itu bisa akan gesit? Tidak akan.

  1. Kerjanya tidak transparan

Cara kerja agile haruslah bekerja secara transparan, sehingga tidak ada dusta di antara sesama rekan kerja. Tujuan kerja transparan banyak sekali, antara lain mengurangi kompleksitas dalam pekerjaan kita, memudahkan komunikasi, mempercepat waktu koordinasi di antara tim dan yang tidak kalah pentingnya transparansi akan memudahkan dalam pengambilan keputusan. Sebagai contoh jika seorang pasien ke dokter, tapi pasien tersebut tidak mau cerita sedetail atau setransparan mungkin mengenai gejala-gejala yang dialaminya, tentu seorang dokter akan sulit mendiagnosa apalagi membuat keputusan apa yang sebaiknya diberikan kepada pasien tersebut.

Lesson Learned

Berdasarkan sharing pengalaman dari mas Athar Januar pada Agile in 5 Minutes tersebut, terkait 3 budaya anti agile perlu kita hindari agar perusahaan yang kita cintai dan banggakan dapat menerapkan metode agile dengan baik. Sehingga tercipta pola kerja yang gesit, yang selalu siap dan menyesuaikan dengan setiap perubahan ke arah yang lebih baik. Jika ada rekan-rekan Agilenesia yang memiliki sudut pandang yang berbeda, silahkan disampaikan ya penulis tunggu di kolom komentar ya!!! Terima kasih.

Referensi

  1.  3 BUDAYA ANTI AGILE | Agile in 5 Minutes with Coach Athar Januar di akses melalui https://www.youtube.com/watch?v=uisecihse-I (YouTube Channel Agilenesia TV)
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (1 votes, average: 5.00 out of 5)
Loading...
Miswanto
Miswanto
Agile - Product Enthusiast, Product Manager, Member of Agilenesia. Alumni of Universitas Nusa Mandiri Jakarta
Facebook Comment

Terbaru

Rekomendasi