Scrum, Sprint, and First Things First

Reading Time: 3 minutes

Scrum berasal dari istilah dalam olahraga Rugby untuk memulai kembali pertandingan setelah dihentikan oleh wasit. Dalam Scrum, Tim Pengembang merupakan satu tim yang multi fungsi dan bersama-sama mencapai satu tujuan. Tim Pengembang harus berfungsi sebagai satu kesatuan yang utuh dalam menuntaskan pekerjaan.

Scrum didefinisikan sebagai strategi pengembangan produk yang bersifat fleksibel dan menyeluruh. Tim Pengembang Sistem Informasi dalam Scrum bekerja sebagai satu kesatuan untuk mencapai tujuan bersama, yang menentang asumsi pendekatan tradisional yang bersifat berurutan (sequential) dalam pengembangan produk, dan memungkinkan tim untuk mengorganissir diri sendiri. Komunikasi tatap muka harian antar angota tim  dan disiplin dalam menjalankan proyek juga merupakan tuntutan dalam Scrum [3].

Prinsip utama Scrum adalah mengakui dan mengakomodasi Requirements Volatility atau pengguna berubah pikiran selama proyek berlangsung. Requirements Volatility adalah berubahnya kebutuhan pengguna dan fitur Sistem Informasi selama berlangsungnya proyek pengembangan. Perubahan tersebut sering tidak dapat dipredksi pada awal proses pengembangan seperti dalam metodologi pengembangan Sistem Informasi konvensional. Untuk mengatasi hal tersebut, Scrum mengadopsi pendekatan empiris, yaitu pemahaman bahwa permasalahan yang akan dikembangkan solusinya sering tidak dapat dipahami secara menyeluruh. Jadi fokus tim pengembangan adalah menyelesaikan pekerjaan secepat mungkin dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan teknologi yang terjadi.

Manajemen proyek Sistem Informasi dimulai dengan serangkaian kegiatan yang secara kolektif disebut perencanaan proyek. Sebelum proyek dapat dimulai, Tim Pengembang harus memperkirakan pekerjaan yang perlu dilakukan, sumber daya yang akan diperlukan, dan waktu yang akan dibutuhkan dari awal sampai akhir. Setelah semua kegiatan ini dilakukan, Tim Pengembang harus membuat :

  1. Jadwal proyek yang mendefinisikan tugas-tugas rekayasa Sistem Informasi dan patokan-patokannya.
  2. Mengidentiifikasi siapa yang akan bertanggung jawab untuk melaksanakan masing-masing tugas.

3.Menentukan ketergantungan antar tugas yang mungkin penyelesaiannya saling terkait.

Terkait dengan jadwal proyek, maka waktu itu terbatas, jadi jangan diboroskan. Bagilah pekerjaan tim  menjadi bagian yang dapat diselesaikan dalam kurun waktu singkat – periode regular yang optimalnya berdurasi 1 sampai 4 pekan. Dalam suatu periode, untuk pekerjaan itu harus sudah selesai. Dalam Scrum, periode terbatas itu disebut dengan istilah Sprint.

Dalam buku The Seven Habits of Highly Effective People, salah satu kebiasaan manusia yang efektif yaitu First Things First – Dahulukan yang utama. Mendahulukan yang utama artinya mengorganisasikan dan melaksanakan apa yang telah direncanakan – tujuan, visi, nilai, dan prioritas tim. Hal-hal sekunder tidak didahulukan dan hal-hal utama tidak dikebelakangkan. Individu dan organisasi, dalam hal ini Tim Pengembang memfokuskan perhatiannya pada hal yang paling penting, baik mendesak ataupun tidak. Intinya adalah memastikan diutamakannya hal yang utama [1].

Pemilik produk (Product Owner) merupakan perwakilan dari para pemangku kepentingan Sistem Informasi. Tanggung jawabnya adalah memastikan hasil pengembangan Sistem Informasi memberikan nilai tambah. Pemilik produk mewakili para pengguna harus berorientasi pada sisi non teknis (bisnis). Pemilik produk harus senantiasa meng-update Backlog, untuk menetapkan apa saja yang harus dibuat dan diselesaikan [3].

Ketika daftarnya terdiri atas ratusan tugas atau pekerjaan, proses penetapan itu menjadi kompleks. Kuncinya, kita harus menyelesaikan bagian yang memberikan nilai tambah terbesar segera mungkin. Tugas-tugas dalam Backlog bisa diurutkan dengan cara, misalnya selesaikanlah dulu 20 % fitur yang mengandung 80 % nilai tambah secepatnya.

Pada saat suatu bagian Backlog Produk dinyatakan selesai, semua tim harus paham yang dimaksud dengan selesai. Walaupun definisinya bisa berbeda-beda untuk tiap Tim Scrum, para anggota harus menyepakati definisinya untuk menjamin transparansi yang sangat diandalkan oleh Scrum. Definisi selesai akan menjadi panduan bagi Tim Scrum dan digunakan untuk menilai apakah satu bagian produk sudah bisa dianggap jadi atau belum.

Dalam buku Scrum : The Art of Doing Twice the Work in Half the Time, definisi selesai tersebut juga memandu Tim Pengembang untuk memutuskan berapa banyak bagian di Backlog Produk yang dipilih pada Perencanaan Sprint. Bagian-bagian itulah yang idealnya dapat terselesaikan pada suatu Sprint. Tujuan tiap Sprint adalah menyelesaikan produk jadi inkremental yang fungsional. Produk inkremantal itu dinyatakan sudah jadi jika memenuhi definisi selesai [4].

Jika Tim Pengembang mengalami hambatan, maka perlu adanya Scrum Master yang merupakan fasilitator dalam proses Scrum yang bertugas menghilangkan penghambat yang menghalangi Tim Pengembang dalam melaksanakan tugasnya. Scrum master bukan merupakan pemimpin tim seperti hal nya dalam organisasi tradisional, tetapi berperan sebagai penyangga (buffer) antara tim dan gangguan. Scrum master memastikan proses berjalan dengan baik seperti yang  telah disepakati bersama.

 

Referensi :

[1] Covey, Stephen R. The Seven Habits of Highly Effective People, RosettaBooks LLC Newyork, 2009.

[2] Project Management Institue, A Guide to the Project Management Body of Knowledge 7th Edition, Project Management Institute, Inc. Pennsilvania, 2021.

[3] Sarosa, Samiaji, Metodologi Pengembangan Sistem Informasi, Penerbit Indeks, Jakarta, 2017.

[4] Shuterland, Jeff, Scrum : The Art of Doing Twice the Work in Half the Time, Crown Business, 2014.

1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Dani Pradana
Dani Pradana
Senior Project Manager, Senior Lecturer. Alumni of Universitas Indonesia and Institut Teknologi Bandung
Facebook Comment

Terbaru

Rekomendasi