Stop Wasting Time

Reading Time: 4 minutes

“Time waits for no one” – Folklore

 

Waktu adalah sesuatu yang sangat berharga, bahkan tidak ada uang ataupun hal lain yang dapat menggantikannya. Namun seringkali kita melupakan itu, dan secara sadar maupun tidak, banyak dari kita yang membuang waktu kita dengan percuma atau menghabiskannya melakukan hal yang sia-sia.

Hal lain yang membuktikan bahwa waktu adalah sesuatu yang tidak ternilai harganya, yaitu apabila kita telah melewatkan waktu (momen) yang sudah berlalu, kita tidak dapat mengulanginya kembali. Dalam salah satu dialog drama Shakespeare, dia menuliskan “better three hours too soon than a minute too late.” Kalimat ini menggambarkan sebuah esensi dari berharganya waktu, dan bila kita melewatkan sesuatu walau hanya satu menit, tidak ada hal yang bisa kita lakukan untuk memutar waktu kembali.

Kita pun pasti pernah mengalaminya, menyesal karena terlambat atau kehilangan waktu. Atau juga penyesalan lain yang disebabkan oleh karena kita telah melakukan hal-hal yang tidak memberikan manfaat apapun bagi diri kita maupun orang-orang terdekat kita.

Berdiam diri saat kita sedang bermeditasi setelah selesai ibadah, ataupun menghabiskan 30 menit untuk melakukan yoga, atau mungkin menyisihkan sebagian waktu kita di sore hari untuk menemani anak-anak kita bermain mungkin memiliki makna produktif yang berbeda dengan saat kita sedang bekerja atau menyelesaikan suatu proyek. Namun semua hal tersebut bukan lah termasuk dalam melakukan hal yang sia-sia atau tidak bermanfaat.

Dalam artikel ini penulis ingin menyampaikan beberapa hal yang akan membantu hidup kita agar lebih baik, bila kita bisa menghindari untuk tidak melakukannya.

 

Memikirkan sesuatu yang di luar kendali kita

Naluriah bagi kita manusia sebagai makhluk yang memiliki keinginan, agar segala yang terjadi disekitar kita berjalan sesuai dengan yang kita harapkan. Namun pada kenyataannya, tidak semua hal bisa berjalan sesuai dengan kehendak kita.

Dan pada saat sesuatu yang di luar kendali kita terjadi, kita harus bisa untuk menerimanya. Fokuskan energi dan waktu yang kita miliki pada hal-hal yang berada dalam kendali kita, pada segala hal yang kita sendiri bisa menentukan apa, bagaimana, dan kapan kita akan melakukannya.

Bangun tidur dan memulai kegiatan lebih awal di pagi hari, rutin melakukan olahraga, makan makanan yang baik bagi tubuh kita, baca buku yang baik bagi perkembangan pribadi, dan dengarkan informasi yang menurut kita berguna adalah contoh hal-hal yang berada dalam kendali kita. Fokus pada hal-hal seperti ini, dan berhenti membuang waktu untuk memikirkan hal lain yang diluar kendali kita.

 

Menunda-nunda

Amateurs sit and wait for inspiration, the rest of us just get up and go to work.”- Stephen King

“Resolusi saya tahun ini adalah untuk memiliki badan yang lebih sehat, saya akan rajin berolahraga”

“Tahun ini saya akan belajar bermain alat musik”

“Mulai awal tahun, saya akan fokus menabung untuk bisa beli mobil impian”

Kalimat-kalimat tersebut seringkali kita dengar setiap awal pergantian tahun, kita sudah tahu tentang apa yang kita inginkan, dan bagaimana cara untuk mendapatkannya. Hanya saja, selalu gagal karena kita memilih untuk tidak segera melakukannya.

Procrastinating, atau menunda-nunda. Selalu menjadi satu penyebab kita gagal mendapatkan apa yang kita inginkan. Alasan-alasan seperti “saya sedang sibuk dengan pekerjaan utama” atau “dietnya dimulai minggu depan aja deh” sering kali kita ucapkan saat ditanya kapan kita akan memulai resolusi yang sudah kita ucapkan sebelumnya di awal tahun.

Bila kita bisa berhenti untuk menunda-nunda, lalu mulai melakukan apa yang sudah kita rencanakan dan kita tahu akan memberikan manfaat bagi kita, tidak hanya hasil yang akan kita dapatkan tapi juga kita tidak membuang-buang waktu yang kita miliki.

 

Terlalu memikirkan pendapat orang lain

Ada sebuah cerita lama tentang seorang lelaki yang melakukan perjalanan bersama dengan anaknya dengan membawa seekor keledai.

Awalnya lelaki tersebut beserta anaknya melakukan perjalanan dengan naik mengendarai keledai yang mereka bawa, hingga beberapa saat kemudian mereka bertemu dengan seorang kakek tua yang berkata dengan nada sinis, “huuff, dasar manusia tidak punya perasaan, keledai kecil dan kurus seperti itu tapi dinaiki oleh dua orang.” Mendengar hal itu, sang ayah pun turun dan menuntun keledainya dengan anaknya tetap berada di atas keledai.

Setelah jalan beberapa saat, kembali mereka bertemu dengan seorang nenek tua yang kini berkomentar “anak yang tidak tahu diri, malah enak-enakan duduk di atas keledai sementara ayahnya lelah berjalan”. Setelah mendengar ucapan itu, sang anak pun turun dan berjalan bersama ayahnya dengan menuntun si keledai.

Tidak jauh berselang, mereka bertemu dengan seorang wanita muda yang kali ini juga ikut memberikan komentar, “ya ampun, kalian benar-benar manusia bodoh! melakukan perjalanan dengan membawa keledai, tapi hanya di tuntun dan tidak digunakan.”

Dari cerita tersebut, kita bisa mengambil makna bahwa kita tidak bisa membuat semua orang merasa senang dengan apa yang kita lakukan. Dari satu perbuatan yang kita lakukan, orang lain akan memiliki penilaian yang berbeda-beda. Karena itu kita tidak perlu terlalu memikirkan semua pendapat orang lain, saat kita tahu bahwa yang kita lakukan adalah sesuatu yang baik dan tidak melanggar aturan, lakukan saja! Kita tetap bisa mendengar masukan dari orang-orang terdekat atau keluarga kita, untuk menjadi masukan atau dorongan semangat, tapi kita tidak harus selalu memikirkan pendapat semua orang.

 

Menyesali masa lalu

Forget the past.”- Nelson Mandela

Hal lain yang harus kita hindari karena hanya akan membuang waktu kita adalah menyesali masa lalu. Menyesali sesuatu yang sudah terjadi di masa lalu adalah hal yang sia-sia, karena itu sudah terjadi.

Jadikan kejadian di masa lalu sebagai pengalaman dan proses belajar, cukup itu saja. Jalani hidup yang terbaik saat ini, karena masa depan kita akan ditentukan berdasarkan apa yang kita lakukan saat ini. Bila kita berhasil, ingat itu sebagai pengalaman yang akan membuat kita lebih baik lagi dikemudian hari. Namun bila kita gagal, ambil hikmah dan pelajaran dari kegagalan tersebut lalu kembali fokus pada apa yang sedang kita lakukan saat ini.

 

Hidup ini singkat, jangan berpikir kita hidup selamanya

Usia rata-rata manusia yang hidup pada masa nabi Nuh AS adalah berkisar 950 tahun, sangat jauh dibandingkan dengan rata-rata usia manusia saat ini yang hanya berkisar 60-70 tahun.

Dari fakta tersebut, kita seharusnya paham bahwa ternyata hidup yang kita jalani ini sangat singkat. Sungguh kita akan menjadi manusia yang berada dalam kerugian bila kita masih menyia-nyiakan waktu yang kita miliki untuk hal-hal yang tidak berguna.

Mari kita maksimalkan hidup kita yang singkat untuk melakukan hal yang bermanfaat, fokus pada kegiatan yang dapat memberikan manfaat tidak hanya pada kita sendiri namun juga memberikan manfaat kepada makhluk hidup lainnya. Dengan melakukan itu, tidak hanya kita memaksimalkan waktu yang kita punya, kita juga akan merasa lebih menikmati hidup dan menjalaninya dengan lebih baik.

 

Kesimpulan

Saya ingin mengutip tulisan dari Stephen R. Covey dalam bukunya The 7 habits of highly effective people. Dia menuliskan, inti cara berpikir terbaik dalam bidang manajemen waktu dapat ditangkap dengan satu kalimat, “mengatur dan melaksanakan sesuatu berdasarkan prioritas.”

Dengan menerapkan prioritas dalam hidup kita, kita akan memiliki gambaran yang jelas dari roadmap hidup kita. Menentukan prioritas dari setiap hal yang akan kita lakukan, selain membantu kita fokus dalam menyelesaikan sesuatu, juga membantu kita untuk lebih optimal dalam memanfaatkan waktu yang kita miliki.

 

Referensi:

  1. Ryan Holiday and Stephen Hanselman, The Daily Stoic, Portofolio, 2016
  2. Stephen R. Covey, The 7 habits of highly effective people, Dunamis Intra Sarana (Bahasa Indonesia), 2015

 

 

1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Didik Wicaksono
Didik Wicaksono
Agile Enthusiast, Experienced in Business Development
Facebook Comment

Terbaru

Rekomendasi