Manajemen – Seni atau Sains ?

Reading Time: 4 minutes

Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Mary Parker Follet mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efisien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.

Sebagaimana halnya kita sering mendengar kata manajemen, maka kita pun tidak asing dengan kata “manajer”. Manajer pada dasarnya adalah subjek dari kegiatan manajemen – yaitu orang yang melakukan kegiatan manajemen. Secara lengkap, manajer adalah individu yang bertanggung jawab secara langsung untuk memastikan kegiatan dalam suatu organisasi dijalankan Bersama para anggotanya.

Untuk dapat menjalankan kegiatan manajemen secara efektif dan efisien, maka para manajer perlu memiliki berbagai keahlian manajemen. Keahlian ini dapat berbeda-beda jika dilihat dari tingkatan-tingkatan manajemen dalam suatu organisasi. Di sisi lain, pengalaman para manajer menunjukkan bahwa agar manajemen dapat dijalankan dengan baik, maka perlu adanya perpaduan antara manajemen secara sains dan seni.

Untuk dapat mengimplementasikan kegiatan manajemen tersebut sesuai dengan fungsinya masing-masing, maka diperlukan beberapa keahlian manajemen untuk setiap orang yang terlibat dalam kegiatan organisasi. Keahlian-keahlian tersebut meliputi :

  1. Keahlian teknis, yaitu keahlian yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan spesifik tertentu.
  2. Keahlian berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat, yaitu keahlian dalam memahami dan melakukan interaksi dengan berbagai jenis orang di masyarakat.
  3. Keahlian konseptual, yaitu keahlian dalam berpikir secara abstrak, sistematis, termasuk di dalamnya mendiagnosis dan menganalisis berbagai masalah dalam situasi yang berbeda-beda, bahkan keahlian untuk memprediksi di masa yang akan dating.
  4. Keahlian dalam pengambilan keputusan, yaitu keahlian untuk mengidentifikasi masalah sekaligus memberikan berbagai alternatif solusi atas permasalahan yang dihadapi.
  5. Keahlian dalam mengelola waktu, yaitu keahlian dalam memanfaatkan waktu secara efektif dan efisien.
  6. Keahlian dalam manajemen global, yaitu keahlian manajerial yang tidak saja terfokus pada satu keadaan di negara tertentu, namun juga lintas negara dan budaya.
  7. Keahlian dalam hal teknologi, yaitu keahlian manajerial dalam mengikuti dan menguasai berbagai perkembangan teknologi.

Ada beberapa tingkatan manajemen yang dikemukakan oleh Nickels, McHugh and McHugh (1997) sebagai berikut :

  1. Manajemen tingkat puncak. Keahlian yang terutama diperlukan adalah keahlian dalam hal konseptual, komunikasi, pengambilan Keputusan, manajemen global, dan manajemen waktu.
  2. Manajemen tingkat menengah. Keahlian yang diperlukan di antaranya adalah keahlian konseptual, komunikasi, pengambilan keputusan, manajemen waktu, dan keahlian teknikal.
  3. Manajemen supervisi atau tingkat pertama. Di antara keahlian yang terutama perlu dimiliki adalah keahlian komunikasi, pengambilan keputusan, manajemen waktu, dan keahlian teknikal.
  4. Manajemen non supervisi. Keahlian yang terutama perlu dimiliki pada tingkat ini adalah keahlian teknikal, komunikasi, dan manajemen waktu.

Pada praktiknya, beberapa keahlian manajemen yang sangat beragam berdasarkan tingkatan manajemen sangat bersifat relatif dan tergantung pada budaya organisasi yang dijalankan. Jika budaya organisasi yang dikembangkan cenderung terbuka dan demokratis, maka bisa jadi hampir seluruh personalia di organisasi dituntut untuk menguasai keahlian-keahlian manajemen seperti tersebut di atas, bahkan sulit dibedakan keahlian mana yang harus dimiliki oleh setiap tingkatan manajemen. Perbedaan pada tingkat manajemen hanya bisa dilihat pada saat masing-masing personalia mengimplementasikan pekerjaan yang ditugaskannya. Namun, sekiranya budaya organisasi yang dikembangkan cenderung tertutup dan bersifat top down policy, maka bisa jadi jenis-jenis keahlian tersebut akan dapat dibedakan berdasarkan tingkat-tingkat manajemen.

Beberapa arti penting terhadap peran ilmu manajemen bagi manajer yaitu :

  1. Mampu memberi tuntutan kepada manajer bagaimana mewujudkan semua itu dengan mempergunakan seni bergaul, memimpin, berkomunikasi dan mendengar dari berbagai pihak untuk selanjutnya diarahkan guna mewujudkan tujuan dan cita-cita organisasi.
  2. Mampu memberi fasilitas pemikiran yang konsisten dan terukur dalam membangun perencanaan  usaha secara jangka pendek dan panjang.
  3. Dapat menemukan berbagai bentuk kesalahan yang terjadi di suatu organisasi dan menyelesaikan kesalahan tersebut dengan tegas dan terhormat, tanpa menimbulkan permasalahan secara jangka panjang.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka sering ada pertanyaan – apakah manajemen  itu seni atau sains ? Seni di satu sisi bersifat dinamis, tidak berpola tunggal, dan menuntut adanya kreativitas dan keterlibatan di dalamnya. Di sisi lain, sains cenderung bersifat statis, berpola tunggal berdasarkan pembuktian ilmiah, dan menuntut adanya tahapan-tahapan yang sistematis, Kedua pendapat tersebut memiliki keunggulan dan keterbatasan masing-masing. Manajemen sebagai seni dapat dilatih melalui intuisi  dan pengalaman dalam menghadapi kasus-kasus yang dihadapi di berbagai jenis dan tingkatan organisasi, bahkan juga orang-orang dan lingkungan  organisasi yang sangat dinamis.

Adapun manajemen sebagai sains bisa dipelajari melalui pendidikan, pelatihan, dan penelitian dengan mengikuti perkembangan terkini dalam ilmu dan praktik manajemen melalui hasil-hasil riset yang dipublikasikan oleh berbagai peneliti dan praktisi manajemen.

Dengan mengambil intisari dari pengertian manajemen sebelumnya, menurut  Mary Parker Follet, manajemen adalah seni dalam menyelesaikan sesuatu melalui orang lain, kita bisa melihat bahwa manajemen dapat dilihat sebagai seni. Sedangkan menurut Ricky W. Griffin  dan Peter F. Drucker, manajemen sebagai proses yang melibatkan perencanaan, pengorganisasian, pengelolaan, dan pengendalian sumber daya organisasi dalam rangka untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien dapat dilihat karakteristik definisi “manajemen sebagai sains”. Kedua pendekatan tersebut saling melengkapi satu sama lain, sain dan seni tidak bisa diabaikan di dunia manajemen.

 

Kesimpulan :

  1. Beberapa keahlian diperlukan agar para manajer dapat menjalankan fungsi manajemennya dengan baik.
  2. Berdasarkan pengalaman para manajer dalam menjalankan organisasi maupun kenyataan yang bisa diperoleh di lapangan, manajemen dapat dipahami sebagai sebuah pengetahuan dan pengalaman yang perlu dikuasai secara bersamaan.
  3. Berdasarkan kenyataan manajemen adalah pengetahuan dan pengalaman dalam praktik, ilmu manajemen memiliki sisi sebagai sains dan seni dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

 

Referensi

[1] Fahmi, Irham, 2014, Manajemen – Teori, Kasus, dan Solusi, Penerbit Alfabeta, Bandung.

[2] Sule, Ernie Tisnawati dan Kurniawan Saefullah, 2019, Pengantar Manajemen, Prenada Media Group, Jakarta.

1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (2 votes, average: 5.00 out of 5)
Loading...
Dani Pradana
Dani Pradana
Senior Project Manager, Senior Lecturer. Alumni of Universitas Indonesia and Institut Teknologi Bandung
Facebook Comment

Terbaru

Rekomendasi